Tuesday 22 September 2009

Toleran, Wujud Pengakuan akan Fitrah Manusia

Perbedaan adalah desain Allah untuk umat manusia, dan masyarakat Indonesia adalah contoh paling konkret tentang kemajemukan itu.

"Untuk itu mari senantiasa kita mencari titik temu dalam setiap permasalahan yang muncul dan membangun bangsa ini dengan semangat keberagamaman tersebut karena setiap manusia, kelompok, suku bangsa punya kesamaan universal," kata Prof DR H Nur Ahmad Fadhil Lubis, MA dalam kotbah Idul Fitri di lapangan Merdeka, Medan, Minggu.

Menurut dia, dalam masyarakat yang majemuk diperlukan sikap penuh pengertian dan toleransi diantara sesama manusia. Toleransi menghendaki adanya pengakuan terhadap keberadaan pihak lain.

"Sikap merasa benar sendiri bahkan menolak bekerja sama dengan pihak lain, apalagi menganggapnya sebagai musuh, bukanlah ajaran Islam," katanya.

Dia sangat menyayangkan masih ada sebagian kelompok mengatasnamakan agama melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan citra Islam sebagai ajaran yang membawa rahmat bagi seluruh alam.

Cara-cara kekerasan, lanjutnya, adalah bentuk pemahaman agama yang sempit dan menunjukkan tidak ada ruang dalam hati untuk menghargai dan menghormati keberadaan orang lain.

Menurut dia, sistem masyarakat majemuk yang dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah 15 abad lalu bisa jadi cermin. Dasar-dasar hubungan yang dibangun itu kini menjadi pandangan hidup modern di dunia.

"Dasar-dasar itu adalah membangun hubungan baik antara seluruh warga negara, tanpa memandang asal-usul suku bangsa dan agama, saling membantu menghadapi musuh bersama dan kewajiban bela negara, saling menasihati dan menghormati kebebasan beragama serta kemerdekaan ekonomi antar golongan," katanya.

Piagam Madinah yang ditandatangani Nabi Muhammad SAW, lanjutnya, dipandang para ahli sebagai konstitusi terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Piagam tersebut juga menunjukkan sikap toleran yang sangat mengesankan karena Islam menempatkan pemeluk non Islam memiliki hak sama.

Islam, jelasnya, mengajarkan sikap toleran merupakan wujud dari pengakuan akan fitrah manusia, sehingga orang yang telah kembali pada fitrahnya akan memandang orang lain dengan pikiran positif.

Perbedaan akan dipandang sebagai mosaik yang indah untuk membangun sebuah peradaban yang dilandasi moralitas dan keragaman, kata Rektor IAIN Sumut ini.

Tidak seperti tahun sebelumnya, shalat Id di Lapangan Merdeka Medan tahun ini lebih sepi dari biasanya. Kondisi lapangan yang becek akibat hujan yang mengguyur Kota Medan sehari sebelumnya membuat banyak warga memilih menunaikan shalat di masjid.

Tampak hadir bersama ribuan jamaah, Gubernur Sumut Syamsul Arifin dan Pj Walikota Medan Rahudman Harahap serta pejabat unsur Muspida lainnya. Tampil sebagai imam, Drs H Yusdarli Amar.

Kutipan dari http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/09/21/22280475/Toleran..Wujud.Pengakuan.akan.Fitrah.Manusia

No comments: