Monday 5 October 2009

INI DIA HP QWERTY CDMA DENGAN CITA RASA ISLAMI

Nexian NX-C900. Seperti yang sebelumnya diberitakan. Pada Rabu, 9 September 2009 dirilis. Di Plaza Semanggi bersama Telkom Flexi. Dengan paket harga yang ditawarkan hanya 699rb (Tunai) ditambah cicilan 69.900 perbulan selama 12 bulan dengan kartu kredit BRI.
Nexian C900


Nexian C900
Nexian NX-C900 dan flexi menghadirkan flexi muslim yang sudah terintegrasi software islami didalamnya.

Spesifikasi
* -CDMA
* -MP3 Player
* -FM Radio
* -GPRS, Kamera
* -Voice Recorder
* -Audio Recorder
* -Stereo Speaker
* -Bluetooth
* -Support External Memory
* -Handsfree
* -Pilihan Bahasa Indonesia/Inggris
* -Dan Garansi Selama 1 Tahun.

Aplikasi
* Mobile Qur'an
* Mobile Hadits
* Adzan & Dzikir
* Zakat dan Infaq
* Khasanah Baru
* Islamku
* Islam populer
* Kios Islam
* Info Umat

Terkait harganya, bisa dibilang, ponsel Flexi Muslim qwerty ini beserta 3 variannya punya harga yang relatif terjangkau. Mulai dari flexi qwerty ini, Nexian C900 (Rp 999.000) yang menyerupai NexianBerry.

Lalu variannya, yaitu Haier C600 (Rp 649.000), Haier C8989 (Rp 399.000), dan ZTE S100 (Rp 325.000). Peluncuran Flexi Muslim menjelang bulan Ramadhan 1430 H ini ditargetkan pihak flexi utk mencapai lebih dari 200 Ribu pelanggan baru di seluruh Indonesia.

Okeh, begitu dulu infonya.

Black Berry Jadul Tapi Unggul


Ini dia BB 8320, CURVE. Yg jadul tapi unggul jadi pesaing beratnya BB 8520. Alias GEMINI. Lihat arsip artikel saya tentang gemini ini. Atau klik http://proaksi.blogspot.com/2009/09/gemini-bb-murah-meriah-sayangnya-edge.html. Gemini (pesaing BB jadul ini), baru dirilis dan lagi naik daun di Oktober 2009 ini.

Perhatikan spek BB jadul tapi unggul di bwh ini


Blackberry 8320

Nomor Produk : 83
Tersedia : 1
Harga : Rp. 2.750.000,00
Tanggal Publish : 30 Sep 2009





Overview Produk
SPESIFIKASI BLACKBERRY 8320 Network GSM 850 / 900 / 1800 / 1900 Size 107 x 60 x 15.5 mm , 111 g Display 65K colors, 320 x 240 pixels - Full QWERTY keyboard - Trackball navigation - Wallpapers Ringtones Polyphonic (32 Channels), MP3 Vibration Yes Phonebook Yes, Photocall Call history Yes Memory microSD 64MB Data GPRS, EDGE WLAN Wi-Fi 802.11 b/g Bluetooth Yes, v2.0 with A2DP Infrared No USB Yes, miniUSB OS BlackBerry OS Messaging SMS, MMS, Email, Instant Messaging Browsers HTML Games Yes Color Black Camera 1.3MP, 1600x1200 pixels, video, flash Features - Java - Media player - BlackBerry maps - Organizer - Calculator - Voice dial - Built-in handsfree - To-do list Battery Li-Ion 1100 mAh Standby Up to 408 h Talk time Up to 4 h Warranty 1 year.

Anda tertarik bro/sis. Silahkan hunting aj. Cari BB jadul ini. Okeh.....:D

Maraji :
http://ponsel-online.com/index.php?action=store.showProduct&product_id=83&title=Blackberry%208320

GERAKAN SALAFI MODERN DI INDONESIA

Sebuah Upaya Membedah Akar Pertumbuhan
dan Ide-ide Substansialnya

Pengantar
Indonesia nampaknya memang akan selalu menjadi lahan subur lahir dan tumbuhnya berbagai gerakan Islam dengan berbagai ragamnya; baik yang “hanya sekedar” perpanjangan tangan dari gerakan yang sebelumnya telah ada, ataupun yang dapat dikategorikan sebagai gerakan yang benar-benar baru. Dan sejarah pergerakan Islam Indonesia benar-benar telah menjadi saksi mata terhadap kenyataan itu selama beberapa kurun waktu lamanya.

Dan kini, di era modern ini, mata sejarah semakin “dimanjakan” oleh kenyataan itu dengan tumbuhnya aneka gerakan Islam modern yang masing-masing menyimpan keunikannya tersendiri. Jagat pergerakan Islam Indonesia modern tidak hanya diramaikan oleh organisasi semacam Muhammadiyah dan NU, tapi disana ada pemain-pemain baru yang juga secara perlahan –namun pasti- mulai menanamkan pengaruhnya. Mulai dari yang mengandalkan perjuangan politis hingga yang lebih memilih jalur gerakan sosial-kemasyarakatan.

Salah satu gerakan Islam tersebut adalah yang menyebut diri mereka sebagai Salafi atau Salafiyah. Salah satu peristiwa fenomenal gerakan ini yang sempat “menghebohkan” adalah kelahiran Laskar Jihad yang dimotori oleh Ja’far Umar Thalib pada 6 April 2000 pasca meletusnya konflik bernuansa SARA di Ambon dan Poso.[1]
Tulisan singkat ini akan mencoba mengulas sejarah dan ide-ide penting gerakan ini, sekaligus memberikan beberapa catatan kritis yang diharapkan dapat bermanfaat tidak hanya bagi gerakan ini namun juga bagi semua gerakan Islam di Tanah Air.

Apa Itu Salafi?
Kata Salafi adalah sebuah bentuk penisbatan kepada al-Salaf. Kata al-Salaf sendiri secara bahasa bermakna orang-orang yang mendahului atau hidup sebelum zaman kita.[2] Adapun makna al-Salaf secara terminologis yang dimaksud di sini adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah penjelasan Rasulullah saw dalam haditsnya:
“Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang mengikuti mereka, kemudian yang mengikuti mereka…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadits ini, maka yang dimaksud dengan al-Salaf adalah para sahabat Nabi saw, kemudian tabi’in, lalu atba’ al-tabi’in. Karena itu, ketiga kurun ini kemudian dikenal juga dengan sebutan al-Qurun al-Mufadhdhalah (kurun-kurun yang mendapatkan keutamaan).[3] Sebagian ulama kemudian menambahkan label al-Shalih (menjadi al-Salaf al-Shalih) untuk memberikan karakter pembeda dengan pendahulu kita yang lain.[4] Sehingga seorang salafi berarti seorang yang mengaku mengikuti jalan para sahabat Nabi saw, tabi’in dan atba’ al-tabi’in dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka.[5]
Sampai di sini nampak jelas bahwa sebenarnya tidak masalah yang berarti dengan paham Salafiyah ini, karena pada dasarnya setiap muslim akan mengakui legalitas kedudukan para sahabat Nabi saw dan dua generasi terbaik umat Islam sesudahnya itu; tabi’in dan atba’ al-tabi’in. Atau dengan kata lain seorang muslim manapun sebenarnya sedikit-banyak memiliki kadar kesalafian dalam dirinya meskipun ia tidak pernah menggembar-gemborkan pengakuan bahwa ia seorang salafi. Sebagaimana juga pengakuan kesalafian seseorang juga tidak pernah dapat menjadi jaminan bahwa ia benar-benar mengikuti jejak para al-Salaf al-Shalih, dan –menurut penulis- ini sama persis dengan pengakuan kemusliman siapapun yang terkadang lebih sering berhenti pada taraf pengakuan belaka.
‘Ala kulli hal, penggunaan istilah Salafi ini secara khusus mengarah pada kelompok gerakan Islam tertentu setelah maraknya apa yang disebut “Kebangkitan Islam di Abad 15 Hijriyah”. Terutama yang berkembang di Tanah Air, mereka memiliki beberapa ide dan karakter yang khas yang kemudian membedakannya dengan gerakan pembaruan Islam lainnya.

Sejarah Kemunculan Salafi di Indonesia
Tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan Salafi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ide dan gerakan pembaruan yang dilancarkan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arabia. Menurut Abu Abdirrahman al-Thalibi[6], ide pembaruan Ibn ‘Abd al-Wahhab diduga pertama kali dibawa masuk ke kawasan Nusantara oleh beberapa ulama asal Sumatera Barat pada awal abad ke-19. Inilah gerakan Salafiyah pertama di tanah air yang kemudian lebih dikenal dengan gerakan kaum Padri, yang salah satu tokoh utamanya adalah Tuanku Imam Bonjol. Gerakan ini sendiri berlangsung dalam kurun waktu 1803 hingga sekitar 1832. Tapi, Ja’far Umar Thalib mengklaim –dalam salah satu tulisannya[7]- bahwa gerakan ini sebenarnya telah mulai muncul bibitnya pada masa Sultan Aceh Iskandar Muda (1603-1637).
Disamping itu, ide pembaruan ini secara relatif juga kemudian memberikan pengaruh pada gerakan-gerakan Islam modern yang lahir kemudian, seperti Muhammadiyah, PERSIS, dan Al-Irsyad. “Kembali kepada al-Quran dan al-Sunnah” serta pemberantasan takhayul, bid’ah dan khurafat kemudian menjadi semacam isu mendasar yang diusung oleh gerakan-gerakan ini. Meskipun satu hal yang patut dicatat bahwa nampaknya gerakan-gerakan ini tidak sepenuhnya mengambil apalagi menjalankan ide-ide yang dibawa oleh gerakan purifikasi Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab. Apalagi dengan munculnya ide pembaruan lain yang datang belakangan, seperti ide liberalisasi Islam yang nyaris dapat dikatakan telah menempati posisinya di setiap gerakan tersebut.
Di tahun 80-an, -seiring dengan maraknya gerakan kembali kepada Islam di berbagai kampus di Tanah air- mungkin dapat dikatakan sebagai tonggak awal kemunculan gerakan Salafiyah modern di Indonesia. Adalah Ja’far Umar Thalib salah satu tokoh utama yang berperan dalam hal ini. Dalam salah satu tulisannya yang berjudul “Saya Merindukan Ukhuwah Imaniyah Islamiyah”, ia menceritakan kisahnya mengenal paham ini dengan mengatakan:[8]
“Ketika saya belajar agama di Pakistan antara tahun 1986 s/d 1987, saya melihat betapa kaum muslimin di dunia ini tercerai berai dalam berbagai kelompok aliran pemahaman. Saya sedih dan sedih melihat kenyataan pahit ini. Ketika saya masuk ke medan jihad fi sabilillah di Afghanistan antara tahun tahun 1987 s/d 1989, saya melihat semangat perpecahan di kalangan kaum muslimin dengan mengunggulkan pimpinan masing-masing serta menjatuhkan tokoh-tokoh lain…
Di tahun-tahun jihad fi sabilillah itu saya mulai berkenalan dengan para pemuda dari Yaman dan Surian yang kemudian mereka memperkenalkan kepada saya pemahaman Salafus Shalih Ahlus Sunnah wal Jamaah. Saya mulai kenal dari mereka seorang tokoh dakwah Salafiyah bernama Al-‘Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i…
Kepiluan di Afghanistan saya dapati tanda-tandanya semakin menggejala di Indonesia. Saya kembali ke Indonesia pada akhir tahun 1989, dan padajanuari 1990 saya mulai berdakwah. Perjuangan dakwah yang saya serukan adalah dakwah Salafiyah…”

Ja’far Thalib sendiri kemudian mengakui bahwa ada banyak yang berubah dari pemikirannya, termasuk diantaranya sikap dan kekagumannya pada Sayyid Quthub, salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin yang dahulu banyak ia lahap buku-bukunya. Perkenalannya dengan ide gerakan ini membalik kekaguman itu 180 derajat menjadi sikap kritis yang luar biasa –untuk tidak mengatakan sangat benci-.[9]
Di samping Ja’far Thalib, terdapat beberapa tokoh lain yang dapat dikatakan sebagai penggerak awal Gerakan Salafi Modern di Indonesia, seperti: Yazid Abdul Qadir Jawwaz (Bogor), Abdul Hakim Abdat (Jakarta), Muhammad Umar As-Sewed (Solo), Ahmad Fais Asifuddin (Solo), dan Abu Nida’ (Yogyakarta). Nama-nama ini bahkan kemudian tergabung dalam dewan redaksi Majalah As-Sunnah –majalah Gerakan Salafi Modern pertama di Indonesia-, sebelum kemudian mereka berpecah beberapa tahun kemudian.

Adapun tokoh-tokoh luar Indonesia yang paling berpengaruh terhadap Gerakan Salafi Modern ini –di samping Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab tentu saja- antara lain adalah:
1. Ulama-ulama Saudi Arabia secara umum.
2. Syekh Muhammad Nashir al-Din al-Albany di Yordania (w. 2001)
3. Syekh Rabi al-Madkhaly di Madinah
4. Syekh Muqbil al-Wadi’iy di Yaman (w. 2002).
Tentu ada tokoh-tokoh lain selain ketiganya, namun ketiga tokoh ini dapat dikatakan sebagai sumber inspirasi utama gerakan ini. Dan jika dikerucutkan lebih jauh, maka tokoh kedua dan ketiga secara lebih khusus banyak berperan dalam pembentukan karakter gerakan ini di Indonesia. Ide-ide yang berkembang di kalangan Salafi modern tidak jauh berputar dari arahan, ajaran dan fatwa kedua tokoh tersebut; Syekh Rabi’ al-Madkhaly dan Syekh Muqbil al-Wadi’iy. Kedua tokoh inilah yang kemudian memberikan pengaruh besar terhadap munculnya gerakan Salafi ekstrem, atau –meminjam istilah Abu Abdirrahman al-Thalibi- gerakan Salafi Yamani.[10]

Perbedaan pandangan antara pelaku gerakan Salafi modern setidaknya mulai mengerucut sejak terjadinya Perang Teluk yang melibatkan Amerika dan Irak yang dianggap telah melakukan invasi ke Kuwait. Secara khusus lagi ketika Saudi Arabia “mengundang” pasukan Amerika Serikat untuk membuka pangkalan militernya di sana. Saat itu, para ulama dan du’at di Saudi –secara umum- kemudian berbeda pandangan: antara yang pro[11] dengan kebijakan itu dan yang kontra.[12] Sampai sejauh ini sebenarnya tidak ada masalah, karena mereka umumnya masih menganggap itu sebagai masalah ijtihadiyah yang memungkinkan terjadinya perbedaan tersebut. Namun berdasarkan informasi yang penulis dapatkan nampaknya ada pihak yang ingin mengail di air keruh dengan “membesar-besarkan” masalah ini. Secara khusus, beberapa sumber[13] menyebutkan bahwa pihak Menteri Dalam Negeri Saudi Arabia saat itu–yang selama ini dikenal sebagai pejabat yang tidak terlalu suka dengan gerakan dakwah yang ada- mempunyai andil dalam hal ini. Upaya inti yang dilakukan kemudian adalah mendiskreditkan mereka yang kontra sebagai khawarij, quthbiy (penganut paham Sayyid Quthb), sururi (penganut paham Muhammad Surur ibn Zain al-‘Abidin), dan yang semacamnya.

Momentum inilah yang kemudian mempertegas keberadaan dua pemahaman dalam gerakan Salafi modern –yang untuk mempermudah pembahasan oleh Abu ‘Abdirrahman al-Thalibi disebut sebagai-: Salafi Yamani dan Salafi Haraki.[14] Dan sebagaimana fenomena gerakan lainnya, kedua pemahaman inipun terimpor masuk ke Indonesia dan memiliki pendukung.

Ide-ide Penting Gerakan Salafi
Pertanyaan paling mendasar yang muncul kemudian adalah apa yang menjadi ide penting atau karakter khas gerakan ini dibanding gerakan lainnya yang disebutkan sedikit-banyak terpengaruh dengan ide purifikasi Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di Jazirah Arabia?
Setidaknya ada beberapa ide penting dan khas gerakan Salafi Modern dengan gerakan-gerakan tersebut, yaitu:
1. Hajr Mubtadi’ (Pengisoliran terhadap pelaku bid’ah)
Sebagai sebuah gerakan purifikasi Islam, isu bid’ah tentu menjadi hal yang mendapatkan perhatian gerakan ini secara khusus. Upaya-upaya yang mereka kerahkan salah satunya terpusat pada usaha keras untuk mengkritisi dan membersihkan ragam bid’ah yang selama ini diyakini dan diamalkan oleh berbagai lapisan masyarakat Islam. Dan sebagai sebuah upaya meminimalisir kebid’ahan, para ulama Ahl al-Sunnah menyepakati sebuah mekanisme yang dikenal dengan hajr al-mubtadi’ atau pengisoliran terhadap mubtadi’. [15] Dan tentu saja, semua gerakan salafi sepakat akan hal ini.
Akan tetapi, pada prakteknya di Indonesia, masing-masing faksi –salafi Yamani dan haraki- sangat berbeda. Dalam hal ini, salafi Yamani terkesan membabi buta dalam menerapkan mekanisme ini. Fenomena yang nyata akan hal ini mereka terapkan dengan cara melemparkan tahdzir (warning) terhadap person yang bahkan mengaku mendakwahkan gerakan salafi. Puncaknya adalah ketika mereka menerbitkan “daftar nama-nama ustadz yang direkomendasikan” dalam situs mereka www.salafy.or.id.[16] Dalam daftar ini dicantumkan 86 nama ustadz dari Aceh sampai Papua yang mereka anggap dapat dipercaya untuk dijadikan rujukan, dan ‘uniknya’ nama-nama itu didominasi oleh murid-murid Syekh Muqbil al-Wadi’i di Yaman.
Sementara Salafi Haraki cenderung melihat mekanisme hajr al-mubtadi’ ini sebagai sesuatu yang tidak mutlak dilakukan, sebab semuanya tergantung pada maslahat dan mafsadatnya. Menurut mereka, hajr al-mubtadi’ dilakukan tidak lebih untuk memberikan efek jera kepada sang pelaku bid’ah. Namun jika itu tidak bermanfaat, maka boleh jadi metode ta’lif al-qulub-lah yang berguna.[17]

2. Sikap terhadap politik (parlemen dan pemilu).
Hal lain yang menjadi ide utama gerakan ini adalah bahwa gerakan Salafi bukanlah gerakan politik dalam arti yang bersifat praktis. Bahkan mereka memandang keterlibatan dalam semua proses politik praktis seperti pemilihan umum sebagai sebuah bid’ah dan penyimpangan. Ide ini terutama dipegangi dan disebarkan dengan gencar oleh pendukung Salafi Yamani. Muhammad As-Sewed misalnya –yang saat itu masih menjabat sebagai ketua FKAWJ mengulas kerusakan-kerusakan pemilu sebagai berikut:
a. Pemilu adalah sebuah upaya menyekutukan Allah (syirik) karena menetapkan aturan berdasarkan suara terbanyak (rakyat), padahal yang berhak untuk itu hanya Allah.
b. Apa yang disepakati suara terbanyak itulah yang dianggap sah, meskipun bertentangan dengan agama atau aturan Allah dan Rasul-Nya.
c. Pemilu adalah tuduhan tidak langsung kepada islam bahwa ia tidak mampu menciptakan masyarakat yang adil sehingga membutuhkan sistem lain.
d. Partai-partai Islam tidak punya pilihan selain mengikuti aturan yang ada, meskipun aturan itu bertentangan dengan Islam.
e. Dalam pemilu terdapat prinsip jahannamiyah, yaitu menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan-tujuan politis, dan sangat sedikit yang selamat dari itu.
f. Pemilu berpotensi besar menanamkan fanatisme jahiliah terhadap partai-partai yang ada.[18]
Berbeda dengan Salafi Haraki yang cenderung menganggap masalah ini sebagai persoalan ijtihadiyah belaka. Dalam sebuah tulisan bertajuk al-Musyarakah fi al-Intikhabat al-Barlamaniyah yang dimuat oleh situs islamtoday.com (salah satu situs yang dianggap sering menjadi rujukan mereka dikelola oleh DR. Salman ibn Fahd al-‘Audah) misalnya, dipaparkan bahwa sistem peralihan dan penyematan kekuasaan dalam Islam tidak memiliki sistem yang baku. Karena itu, tidak menutup mungkin untuk mengadopsi sistem pemilu yang ada di Barat setelah ‘memodifikasi’nya agar sesuai dengan prinsip-prinsip politik Islam. Alasan utamanya adalah karena hal itu tidak lebih dari sebuah bagian adminstratif belaka yang memungkinkan kita untuk mengadopsinya dari manapun selama mendatangkan mashlahat.[19] Maka tidak mengherankan jika salah satu ormas yang dianggap sebagai salah satu representasi faksi ini, Wahdah Islamiyah, mengeluarkan keputusan yang menginstruksikan anggotanya untuk ikut serta dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilu-pemilu yang lalu.[20]

3. Sikap terhadap gerakan Islam yang lain.
Pandangan pendukung gerakan Salafi modern di Indonesia terhadap berbagai gerakan lain yang ada sepenuhnya merupakan imbas aksiomatis dari penerapan prinsip hajr al-mubtadi’ yang telah dijelaskan terdahulu. Baik Salafi Yamani maupun Haraki, sikap keduanya terhadap gerakan Islam lain sangat dipengaruhi oleh pandangan mereka dalam penerapan hajr al-mubtadi’. Sehingga tidak mengherankan dalam poin inipun mereka berbeda pandangan.
Jika Salafi Haraki cenderung ‘moderat’ dalam menyikapi gerakan lain, maka Salafi Yamani dikenal sangat ekstrim bahkan seringkali tanpa kompromi sama sekali. Fenomena sikap keras Salafi Yamani terhadap gerakan Islam lainnya dapat dilihat dalam beberapa contoh berikut:
a. Sikap terhadap Ikhwanul Muslimin
Barangkali tidak berlebihan jika dikatakan Ikhwanul Muslimin nampaknya menjadi musuh utama di kalangan Salafi Yamani. Mereka bahkan seringkali memelesetkannya menjadi “Ikhwanul Muflisin”.[21] Tokoh-tokoh utama gerakan ini tidak pelak lagi menjadi sasaran utama kritik tajam yang bertubi-tubi dari kelompok ini. Di Saudi sendiri –yang menjadi asal gerakan ini-, fenomena ‘kebencian’ pada Ikhwanul Muslimin dapat dikatakan mencuat seiring bermulanya kisah Perang Teluk bagian pertama. Adalah DR. Rabi’ ibn Hadi al-Madkhali yang pertama kali menyusun berbagai buku yang secara spesifik menyerang Sayyid Quthb dan karya-karyanya. Salah satunya dalam buku yang diberi judul “Matha’in Sayyid Quthb fi Ashab al-Rasul” (Tikaman-tikaman Sayyid Quthub terhadap Para Sahabat Rasul).[22]
Sepengetahuan penulis, fenomena ini bisa dibilang baru mengingat pada masa-masa sebelumnya beberapa tokoh Ikhwan seperti Syekh Muhammad al-Ghazali dan DR. Yusuf al-Qaradhawi pernah menjadi anggota dewan pendiri Islamic University di Madinah, dan banyak tokoh Ikhwan lainnya yang diangkat menjadi dosen di berbagai universitas Saudi Arabia. Dalam berbagai penulisan ilmiah –termasuk itu tesis dan disertasi- pun karya-karya tokoh Ikhwan –termasuk Fi Zhilal al-Qur’an yang dikritik habis oleh DR. Rabi al-Madkhali- sering dijadikan rujukan. Bahkan Syekh Bin Baz –Mufti Saudi waktu itu- pernah mengirimkan surat kepada Presiden Mesir, Gamal Abdul Naser untuk mencabut keputusan hukuman mati terhadap Sayyid Quthb.[23]
Terkait dengan ini misalnya, Ja’far Umar Thalib misalnya menulis:
Di tempat Syekh Muqbil pula saya mendengar berita-berita penyimpangan tokoh-tokoh yang selama ini saya kenal sebagai da’i dan penulis yang menganu pemahaman salafus shalih. Tokoh-tokoh yang telah menyimpang itu ialah Muhammad Surur bin Zainal Abidin, Salman Al-Audah, Safar Al-Hawali, A’idl Al-Qarni, Nasir Al-Umar, Abdurrahman Abdul Khaliq. Penyimpangan mereka terletak pada semangat mereka untuk mengelu-elukan tokoh-tokoh yang telah mewariskan berbagai pemahaman sesat di kalangan ummat Islam, seperti Sayyid Qutub, Hasan Al-Banna, Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha dan lain-lainnya. [24]

Dan jauh sebelum itu, Ja’far Umar Thalib juga melontarkan celaan yang sangat keras terhadap DR. Yusuf al-Qaradhawy –salah seorang tokoh penting Ikhwanul Muslimin masa kini- dengan menyebutnya sebagai ‘aduwullah (musuh Allah) dan Yusuf al-Qurazhi (penisbatan kepada salah satu kabilah Yahudi di Madinah, Bani Quraizhah). Meskipun kemudian ia dikritik oleh gurunya sendiri, Syekh Muqbil di Yaman, yang kemudian mengganti celaan itu dengan mengatakan: Yusuf al-Qaradha (Yusuf Sang penggunting syariat Islam).[25] Di Indonesia sendiri, sikap ini berimbas kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dianggap sebagai representasi Ikhwanul Muslimin di Indonesia.
Secara umum, ada beberapa hal yang dianggap sebagai penyimpangan oleh kalangan Salafi Yamani dalam tubuh Ikhwanul Muslimin, diantaranya:
- Bai’at yang dianggap seperti bai’at sufiyah dan kemiliteran.[26]
- Adanya marhalah (fase-fase) dalam dakwah yang menyerupai prinsip aliran Bathiniyah.[27]
- Organisasi kepartaian (tanzhim hizb).[28]
Berbeda dengan yang disebut Salafi Haraki, mereka cenderung kooperatif dalam melihat gerakan-gerakan Islam yang ada dalam bingkai “nata’awan fima ittafaqna ‘alaih, wa natanashahu fima ikhtalafna fihi.”[29] Karena itu, faksi ini cenderung lebih mudah memahami bahkan berinteraksi dengan kelompok lain, termasuk misalnya Ikhwanul Muslimin. Meskipun untuk itu kelompok inipun harus rela diberi cap “Sururi” oleh kelompok Salafi Yamani. Yayasan Al-Sofwa, misalnya, masih mengakomodir kaset-kaset ceramah beberapa tokoh PKS seperti DR.Ahzami Sami’un Jazuli.[30]
b. Sikap terhadap Sururiyah
Secara umum, Sururi atau Sururiyah adalah label yang disematkan kalangan Salafi Yamani terhadap Salafi Haraki yang dianggap ‘mencampur-adukkan’ berbagai manhaj gerakan Islam dengan manhaj salaf. Kata Sururiyah sendiri adalah penisbatan kepada Muhammad Surur bin Zainal Abidin. Tokoh ini dianggap sebagai pelopor paham yang mengadopsi dan menggabungkan ajaran Salafi dengan Ikhwanul Muslimin. Disamping Muhammad Surur, nama-nama lain yang sering dimasukkan dalam kelompok ini adalah DR. Safar ibn ‘Abdirrahman al-Hawali, DR. Salman ibn Fahd Al-‘Audah –keduanya di Saudi- dan Abdurrahman Abdul Khaliq dari Jam’iyyah Ihya’ al-Turats di Kuwait.
Dalam sebuah tulisan berjudul Membongkar Pikiran Hasan Al-Banna-Sururiyah (III) diuraikan secara rinci pengertian Sururiyah itu:[31]
“Ada sekelompok orang yang mengikuti kaidah salaf dalam perkara Asma dan Sifat Allah, iman dan taqdir. Tapi, ada salah satu prinsip mereka yang sangat fatal yaitu mengkafirkan kaum muslimin. Mereka terpengaruh oleh prinsip Ikhwanul Muslimin. Pelopor aliran ini bernama Muhammad bin Surur.
Muhammad bin Surur yang lahir di Suriah dahulunya adalah Ikhwanul Muslimin. Kemudian ia menyempal dari jamaah sesat ini dan membangun gerakannya sendiri berdasarkan pemikiran-pemikiran Sayyid Quthub (misalnya masalah demonstrasi, kudeta dan yang sejenisnya)…”[32]

Tulisan yang sama juga menyimpulkan beberapa sisi persamaan antara Sururiyah dengan Ikhwanul Muslimin, yaitu:
- Keduanya sama-sama mengkafirkan golongan lain dan pemerintah muslim.
- Keduanya satu ide dalam masalah demonstrasi, mobilisasi dan selebaran-selebaran.
- Keduanya sama dalam masalah pembinaan revolusi dalam rangka kudeta.
- Keduanya sama dalam hal tanzhim dan sistem kepemimpinan yang mengerucut (piramida).
- Keduanya sama-sama tenggelam dalam politik.[33]
Hanya saja banyak ‘tuduhan’ sebenarnya terlalu tergesa-gesa untuk tidak mengatakan membabi buta. Ada yang tidak mempunyai bukti akurat, atau termasuk persoalan yang sebenarnya termasuk kategori ijtihad dan tidak bisa disebut sebagai kesesatan (baca: bid’ah).

4. Sikap terhadap pemerintah
Secara umum, sebagaimana pemerintah yang umum diyakini Ahl al-Sunnah –yaitu ketidakbolehan khuruj atau melakukan gerakan separatisme dalam sebuah pemerintahan Islam yang sah-, Gerakan Salafi juga meyakini hal ini. Itulah sebabnya, setiap tindakan atau upaya yang dianggap ingin menggoyang pemerintahan yang sah dengan mudah diberi cap Khawarij, bughat atau yang semacamnya.[34]
Dalam tulisannya yang bertajuk “Membongkar Pemikiran Sang Begawan Teroris (I), Abu Hamzah Yusuf misalnya menulis:
“Tokoh-tokoh yang disebutkan Imam Samudra di atas (maksudnya: Salman al-Audah, Safar al-Hawali dan lain-lain –pen) tidaklah berjalan di atas manhaj Salaf. Bahkan perjalanan hidup mereka dipenuhi catatan hitam yang menunjukkan mereka jauh dari manhaj Salaf…
Tak ada hubungan antara tokoh-tokoh itu dengan para ulama Ahlus Sunnah. Bahkan semua orang tahu bahwa antara mereka berbeda dalam hal manhaj (metodologi). Tokoh-tokoh itu berideologikan Quthbiyyah, Sururiyah, dan Kharijiyah…”[35]
Dalam “Mereka Adalah Teroris” juga misalnya disebutkan:
“…Kemudian dilanjutkan tongkat estafet ini oleh para ruwaibidhah (sebutan lain untuk Khawarij -pen) masa kini semacam Dr. Safar Al-Hawali, Salman Al-Audah dan sang jagoan konyol Usamah bin Laden. Sementara Imam Samudra hanyalah salah satu bagian kecil saja dari sindikat terorisme yang ada di Indonesia. Kami katakan ini karena di atas Imam Samudra masih ada tokoh-tokoh khawarij Indonesia yang lebih senior seperti: Abdullah Sungkar alias Ustadz Abdul Halim, Abu Bakar Ba’asyir alias Ustadz Abdush Shamad.”[36]

Pernyataan ini disebabkan karena tokoh-tokoh yang dimaksud dikenal sebagai orang-orang yang gigih melontarkan kritik ‘pedas’ terhadap pemerintah Kerajaan Saudi Arabia terutama dalam kasus penempatan pangkalan militer AS di sana. Sementara dua nama terakhir dikenal sebagai orang-orang yang gigih memformalisasikan syariat Islam di Indonesia.
Sebagai konsekwensi dari prinsip ini, maka muncul kesan bahwa kaum Salafi cenderung ‘enggan’ melontarkan kritik terhadap pemerintah. Meskipun sesungguhnya manhaj al-Salaf sendiri memberikan peluang untuk itu meskipun dibatasi secara “empat mata” dengan sang penguasa.
Namun pada prakteknya kemudian, ternyata prinsip inipun sedikit banyak telah dilanggar oleh mereka sendiri. Abu ‘Abdirrahman al-Thalibi misalnya –yang menulis kritik tajam terhadap gerakan ini- menyebutkan salah satu penyimpangan Salafi Yamani: “Sikap Melawan Pemerintah”. Ia menulis:
“Dalam beberapa kasus, jelas-jelas Salafy Yamani telah melawan pemerintah yang diakui secara konsensus oleh Ummat Islam Indonesia, khususnya melalui tindakan-tindakan Laskar Jihad di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid.
Tanggal 6 April 2000, mereka mengadakan tabligh akbar di Senayan, tak lama kemudian mereka berdemo di sekitar Istana Negara dimana Abdurrahman Wahid sedang berada di dalamnya. Kenyataan yang sangat mengherankan, mereka bergerak secara massal dengan membawa senjata-senjata tajam. Belum pernah Istana Negara RI didemo oleh orang-orang bersenjata, kecuali dalam peristiwa di atas. Masih bisa dimaklumi, meskipun melanggar hukum, jika yang melakukannya adalah anggota partai komunis yang dikenal menghalalkan kekerasan, tetapi perbuatan itu justru dilakukan oleh para pemuda yang mewarisi manhaj Salafus Shalih. Masya Allah, Salafus Shalih mana yang mereka maksudkan?”[37]

Hal lain lagi adalah bahwa hingga kini mereka masih saja melancarkan kritik yang pedas terhadap Partai Keadilan Sejahtera –yang dianggap sebagai bagian dari Ikhwanul Muslimin di Indonesia-. Namun kenyataannya sekarang bahwa Partai ini telah menjadi bagian dari pemerintahan Indonesia yang sah. Beberapa anggota mereka duduk sebagai anggota parlemen, ada yang menjadi menteri dalam kabinet, bahkan mantan ketuanya, Hidayat Nur Wahid saat ini menjabat sebagai Ketua MPR-RI. Bukankah berdasarkan kaidah yang selama ini mereka gunakan, kritik pedas mereka terhadap PKS dapat dikategorikan sebagai tindakan khuruj atas pemerintah?

“Ja’far Umar Thalib Telah Meninggalkan Kita…”
Kalimat mungkin dapat dijadikan sebagai bukti fase baru perkembangan gerakan Salafi di Indonesia. Setelah sebelumnya dijelaskan bahwa dalam perjalanannya gerakan ini terbagi menjadi setidaknya 2 faksi: Yamani dan haraki, maka setidaknya sejak dewan eksekutif FKAWJ membubarkan FKAWJ dan Laskar Jihad pada pertengahan Oktober 2002, ada hembusan angin perubahan yang sangat signifikan di tubuh gerakan ini. Salafi Yamani ternyata kemudian berpecah menjadi 2 kelompok: yang pro Ja’far dan yang kontra terhadapnya.
Ja’far Umar Thalib sejak saat itu dapat dikatakan menjadi ‘bulan-bulanan’ kelompok eks Laskar Jihad yang kontra dengannya. Apalagi setelah DR.Rabi’ al-Madkhali –ulama yang dulu sering ia jadikan rujukan fatwa- justru mengeluarkan tahdzir terhadapnya. Pesantrennya di Yogyakarta pun mulai ditinggalkan oleh mereka yang dulu menjadi murid-muridnya.
Uniknya, kelompok yang kontra terhadapnya justru ‘dipimpin’ oleh Muhammad Umar As-Sewed, orang yang dulu menjadi tangan kanannya (wakil panglima) saat menjadi panglima Laskar Jihad. Ja’far Thalib-pun mulai dekat dengan orang-orang yang dulu dianggap tidak mungkin bersamanya. Arifin Ilham ‘Majlis Az-Zikra’ dan Hamzah Haz, contohnya.
Karena itu, Qomar ZA –redaktur majalah Asy-Syariah yang dulu adalah murid Ja’far Umar Thalib- menulis artikel pendek berjudul “Ja’far Umar Thalib Telah Meninggalkan Kita…”.[38] Di sana antara lain ia menulis:
“Adapun sekarang betapa jauh keadaannya dari yang dulu (Ja’far Umar Thalib, red). Jangankan majlis yang engkau tidak mau menghadirinya saat itu, bahkan sekarang majlis dzikirnya Arifin Ilham kamu hadiri, mejlis Refleksi Satu Hati dengan para pendeta dan biksu kamu hadiri (di UGM, red), majlis dalam peresmian pesantren Tawwabin yang diprakarsai oleh Habib Riziq Syihab, Abu Bakar Baa’syir Majelis Mujahidin Indonesia dan lain-lain. Kamu hadiri juga peringatan Isra’ Mi’raj sebagaimana dinukil dalam majalah Sabili dan banyak lagi…
Apakah gurumu yang sampai saat ini kamu suka menebeng di belakangnya yaitu Syekh Muqbil, semoga Allah merahmatinya, akan tetap memujimu dengan keadaanmu yang semacam ini??…
Asy-Syaikh Rabi’ berkata: “…Dan saya katakan: Dialah yang meninggalkan kalian dan meninggalkan manhaj ini (manhaj Ahlus Sunnah)…”

Ja’far sendiri belakangan nampak menyadari sikap kerasnya yang berlebihan di masa awal dakwahnya. Dan nampaknya, apa yang ia lakukan belakangan ini –meski menyebabkannya menjadi sasaran kritik bekas pendukungnya- adalah sebuah upayanya untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Dalam artikelnya, “Saya Merindukan Ukhuwwah Imaniyah Islamiyah” , ia menulis pengakuan itu dengan mengatakan:
“…Saya lupa dengan keadaan yang sesungguhnya mayoritas ummat di Indonesia yang tingkat pemahamannya amat rendah tentang Islam. Saya saat itu menganggap tingkat pemahaman ummatku sama dengan tingkat pemahaman murid-muridku. Akibatnya ketika saya menyikapi penyelewengan ummat dari As-Sunnah, saya anggap sama dengan penyelewengan orang-orang yang ada di sekitarku yang selalu saya ajari ilmu. Tentu anggapan ini adalah anggapan yang dhalim. Dengan anggapan inilah saya akhirnya saya ajarkan sikap keras dan tegas terhadap ummat yang menyimpang dari As-Sunnah walaupun mereka belum mendapat penyampaian ilmu Sunnah. Sayapun sempat menganggap bahwa mayoritas kaum muslimin adalah Ahlul Bid’ah dan harus disikapi sebagai Ahlul Bid’ah. Maka tampaklah Dakwah Salafiyyah yang saya perjuangkan menjadi terkucil, kaku dan keras. Saya telah salah paham dengan apa yang saya pelajari dari kitab-kitab para Ulama’ tersebut di atas tentang sikap Ahlul Bid’ah. Saya sangka Ahlul Bid’ah itu ialah semua orang yang menjalankan bid’ah secara mutlak.”[39]

Penutup
Demikianlah paparan singkat tentang gerakan Salafi modern di Indonesia. Sudah tentu masih banyak sisi gerakan ini yang belum tertuang dalam tulisan ini. Dan di bagian akhir tulisan ini, ada beberapa catatan kritis yang perlu penulis kemukakan atas gerakan ini:
1. Diperlukan kajian yang komperhensif tentang sejarah masa lalu ummat Islam, dan termasuk didalamnya sejarah generasi As-Salaf Ash-Shalih yang menjadi panutan semua gerakan Islam –tentu saja dengan kadar yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain-. Dan khusus untuk pendukung gerakan Salafi ini, ada banyak sisi kehidupan As-Salaf yang mungkin terlupakan; seperti: kesantunan dan kearifan dalam menyikapi perbedaan yang masih mungkin untuk ditolerir, serta bersikap proporsional dan adil dalam menyikapi kesalahan atau kekeliruan pihak lain.
2. Salah satu kesalahan utama pendukung gerakan ini –khususnya Salafi Yamani- adalah ketidaktepatan dalam menyimpulkan apakah sesuatu itu dapat dikategorikan sebagai manhaj baku kalangan As-Salaf atau bukan. Dalam kasus di lapangan, seringkali karakter pribadi seorang ulama dianggap sebagai bagian dari manhaj Salafi. Padahal kita semua memahami bahwa setiap orang memiliki tabiat dasar yang nyaris berbeda. Jika Abu Bakr dikenal dengan kelembutannya, maka Umar dikenal dengan ketegasannya. Berbeda lagi dengan Abu Dzar yang keteguhan prinsipnya membuat dia lebih cocok hidup sendiri daripada terlalu banyak melakukan interaksi sosial.
Dalam kasus Salafi misalnya, sebagian pendukungnya banyak mengadopsi karakter Syekh Rabi atau Syekh Muqbil misalnya, yang memang dikenal dengan karakter pribadi yang keras. Padahal masih banyak ulama rujukan mereka yang cenderung lebih toleran dan elegan.
Akhirnya, memang tidak ada gading yang tak retak. Setiap anak Adam itu berpotensi melakukan kesalahan, namun sebaik-baik orang yang selalu terjatuh dalam kesalahan adalah yang selalu bertaubat dan menyadari kesalahannya, kata Nabi saw. Setiap gerakan sudah tentu memiliki sisi positif dan negatif. Yang terbaik pada akhirnya adalah yang mampu meminimalisir sisi negatifnya dan semakin hari memiliki perubahan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Wallahul muwaqqiq!


Penulis : Muhammad Ikhsan*

http://abulmiqdad.multiply.com

http://zanbhi.wordpress.com/2009/09/07/gerakan-salafi-modern-di-indonesia/


SAATNYA ANDA MENGENAL (KEBAIKAN) IM

"IM disini bukanlah Instant Messenger di PC/laptop or smartphone anda tapi kepanjangan dari Ikhwanul Muslimin.

Aku, Reiza, diperkenalkan 20 tahun yang lalu. Pertamakali sekitar tahun 1991. Saat dulu masih imut-amit-amit. Saat lucu2xnya (skrng gak lucu). Saat skul kla 1 di SMA 47 Tanah Kusir. Jaksel. Of course, kakak rohisku yg mengenalkannya. Tapi, aku masih blon fokus, krn keasiikan dengan hobi beladiri (Merpati Putih). Maklum dulu jamannya anak 70, penerbangan, kostrad 74 pada tawuran. jadi aku pun berkontribusi (dlm tawuran, hi hi). Dgn bekal beladiri. Jadi ngaji di rohisnya gak serius deh..hi hi (afwan tuk kak rohisku dulu).

Setelah itu jadi deh petualang harokah, keluar-masuk mengenali sekaligus mengamalkan banyak harokah dari mulai IM/tarbiyah/PKS, terus NII (sekoci/LK), salafi-yamani (wahabiyyun), salafi-jihadi (MII & anshorus sunnah), Jam'ah Tabligh, HT/HTI. Hingga syi'ah. Maklum kampusku dosen nya salah satu adalah nabinya komunikasi terkenal di Indonesia & luar negeri, DR. Djalaluddin Rahmat.

Tuk sekarang. Tulisan ini dulu. Sekilas atau sedikit lebih jauh perkenalan ttg IM buat anda yg baru mengenalinya hari ini. Supaya gak ada prasangka diantara kita. Dan sadar-sesadar-sadarnya akan kebaikan IM. Dan sekaligus mengenali fitnah & konspirasi yg sedang terjadi di Indonesia, khususnya Depok. dan luar negeri. Akan upaya sistematis-profesional pemberangusan IM. Kata ust. Anwar Nashihin, Lc. Saat memberi taujih di liqo'at nurul fikri komputer. Kita (para kader) adalah sasaran yang sedang di bidik pelan-pelan oleh 'mereka'. Siapa 'mereka', ikuti aja terus tulisan atau blog ini oke."

Begini, paparan ttg IMnya (bahasanye sedikit Malaysie Pa' cik/Ma' cik, ta ape la.....).

Ikhwanul Muslimin(IM) ialah gerakan Islam yang ditubuhkan pada tahun 1928 di Ismailiyyah,
Mesir dan merupakan gerakan Islam perintis dalam mengembalikan semula KHILAFAH
ISLAMIAH yang hilang pada tahun 1924.Diasaskan oleh AS-SYAHID IMAM HASSAN AL-BANNA,seorang ulama’ lulusan Darul Ulum yang mempunyai cawangan yang telah tersebar luas ke Negara-negara Arab dan juga Afrika.

Di sepanjang denai sejarahnya menyampaikn risalah dakwah dan persaingan kuasa,IM telah diterajui oleh beberapa orang Mursyidul Am bagi membimbing pengikut berdasarkan manhajnya yang asli seperti yang telah digagaskan oleh Hassan Al-Banna(HB).Bermula dengan HB diikuti dengan Sheikh Hasan Al-Hudaibi,seorang yang pada asalnya tidak dikenali dalam kalangan pengikut IM tetapi telah berbai’ah dengan HB (menjadi pemimpin dalam tempoh yang cukup getir ) seterusnya diterajui oleh Umar At-Tilmisani yang akhirnya turut meringkuk dalam penjara dunia yang penuh dengan kezaliman dalam tempoh yang panjang.Bahtera IM seterusnya dipikul oleh Muhammad Hameed Abul Nasr,berlanjutan pula kepada Sheikh Mustapha Masyhur dan kini pula terbeban amanah kepimpinan di bahu Mehdi Aqif.

IM juga telah melahirkan ribuan manusia yang menjadi pimpinan masyarakat di seantero dunia dan menyebarkan fikrah perjuangannya.Antara tokoh-tokoh yang telah dilahirkan oleh IM ialah (MESIR);As-Syahid Syed Qutb,Sheikh Sayyid Sabiq,As-Syahid Abdul Kadir Audah,Hameedah Qutb,Aminah Qutb,Zainab Al-Ghazali Al-Jubaili(muslimat Mesir),Rasheed Ghanousi(Tunisia),As-Syahid Abdullah Azzam (Palestin-namun menemui kesyahidan dalam perjuangan Afghanistan),Said Hawaa (Syria-meninggal dunia di Jordan,lima tahun dipenjara dan diseksa di Syria),Dr.Fathi Yakan (Lubnan-merupakan penulis haraki yang profilik),Dr.Yususf Al-Qardhawi,Sheikh Ahmad Yassin (pengasas parti HAMAS dan ikonologis bagi perjuangan menentang rejim zionis Israel laknatullah),Sheikh Abdul Hadi Awang (Malaysia),Sheikh Abdul Majid Zindani (Yaman),Sheikh Muhammad Mahmud Shawwaf (Iraq),Sheikh Munir Ghatban,Prof. Kamal Halabawi,Dr. Abdul Karim Zaidan (Iraq).

1928-1960an

IM yang bertunas di Ismailiah (tempat pertama Al-Marhum HB bertugas sebagai guru bahasa Arab).Pada tahun 1933,beliau telah memindahkan pusat-pusat kegiatan operasi IM ke Kaherah dan langkah ini sangat Berjaya untuk mengembangkan gerakan ini kerana Kaherah merupakan kota yang padat dengan penduduk,juga masyhur kerana reputasi ilmu yang sering disinggahi dan ditakluki oleh ribuan pelajar-pelajar dari dalam dan luar Negara Anbiyaa kerana terletaknya UNIVERSITI AL-AZHAR,sebuah pusat pengajian yang sangat berprestij dan terulung.Pada tahun 1934 sahaja IM telah berjaya membuka lebih daripada 50 cawangan di seluruh Mesir.Serentak dengan cawangan yang semakin bertambah,IM juga menubuhkan masjid-masjid,kilang-kilang,pusat khidmat sosial serta sekolah-sekolah yang sekaligus merupakan pusat pentarbiahan kepada ahli-ahli IM.

Selepas tahun 1938,IM mula menegaskan citra politik Islamnya kepada masyarakat dan pemerintah Mesir,apatah lagi dengan pengaruhnya yang semakin berkembang kerana lerana tegas memperjuangkan isu-isu rakyat yang dipertegaskan dengan syariat.Sehingga akhir Perang Dunia Kedua,IM telah mempunyai setengah juta pendokong dan tiga juta penyokong.Cawangannya mulai menebar melalui sempadan Negara Nil seperti Jordan,Syria,Sudan,Iraq,Palestin,Lubnan,Afrika Utara dan pengaruhnya turut menjadi model pemangkin dan pencetus kepada gerakan lain seperti Jamiat Islami di Sub-Continent,Hizbul Muslimin di Tanah Melayu,MASYHUMI di Indonesia dan sebagainya.

Perkembangan pesat IM cuba dihalang oleh rejim Mesir dengan kerjasam kuasa-kuasa Barat,HB telah dibunuh syahid pada tahun 1949 dengan tekanan dahsyat yang dikenakan kepada IM,ribuan pejuang diiring ke penjara tanpa dihadapkan ke mahkamah.Pada tahun 1950,IM telah dibenarkan bergerak semula tetapi dengan memakai ‘tagline’ sebagai pertubuhan agama semata-mata namun akhirnya Im telah diharamkan kerana ‘dosanya’ menuntut perlaksanaan undang-undang Syariah di Mesir.

Mesir sekali lagi riuh dengan percubaan untuk membunuh Gamal Abdul Nasser di Iskandariah pada tahun 23 Oktober 1954 yang menjadikan IM terus diletak di kandang orang yang salah.Rejim Mesir pada ketika itu yang ibarat singa kelaparan mengganas dengan menangkap pemimpin IM.Pada 29 Ogos 1966,As-Syahid Syed Qutb telah dihukum sampai mati dan beberapa orang pemimpin IM yang lain.Sementara itu,penjara-penjara padang pasir menjadi saksi bisu kekejaman rejim terhadap pendokong IM malah ianya telah mewabakkan tragedy yang lain pula seperti kemunculan serpihan IM yang lain seperti Jamaah Takfir awal Hijrah yang dipimpin oleh Mustapha Shukri.

1970-1990an

Pada tahun 1970,Anwar Sadat (pernah menjadi ahli usrah IM) telah dilantik sebagai Presiden Mesir namun IM tetap dianggap musuh Negara dan boneka sebagai anti nasional,walaupun Anwar pernah berjanji untuk mengimplementasikan Syariat Islam dan membebaskan ahli-ahli IM yang dipenjara tapi semua itu janji-janji palsu malah Anwar telah memeterai Perjanjian Camp David.Perjanjian ini mengkhianati umat Islam Palestin dengan mengiktiraf entity haram Israel dan telah mendapat tentangan yang hebat dan padu daripada ulama’-ulama’ seperti Sheikh Umar Abdul Rahman,Sheikh Abdul Hamid Kisk namun Anwar tetap tidak berganjak dengan keputusannya walaupun diprotes dalam dan luar negara.


Pada bulan September 1981,sekali lagi mass ‘crackdown’ telah menggemparkan Negara Mesir dan dunia Islam yang lain ketika itu hamper 2000 orang telah ditahan termasuk Mursyidul Am,Ustaz Omar Tilmisani.Anwar Sadat telah membayar harga yang mahal dengan perjanjian ini apabila beliau telah mati ditembak oleh Leftenan Khalid Islambouli pada 6 Oktober 1981 dalam insiden yang menggegar dunia.Pembunuhan ini dirancang dengan rapi dengan pembabitan elemen tentera yang bersimpati kepada IM.


Kezaliman kepada pendokong IM bukan sahaja berlaku di Mesir,malah turut dialami oleh penyokong IM di Syria.Pada bulan Februari 1982,telah berlaku pembunuhan beramai-ramai terhadap ahli IM di Hamah,dentuman bom dab peluru telah meratah dan memamah ribuan nyawa syuhada’ bahkan Hafiz Al-Asad lebih sadis lagi kezalimannya berbanding rejim di Mesir.Darah syuhada’ inilah yang telah menjadi baja perjuangan yang cukup mapan dalam dekad kebangkitan Islam 1980an.

Pengaruh IM telah tersebar dengan meluas di Negara-negara Eropah yang atmosfera demokrasinya lebih baik berbanding dengan Negara Arab.Di Geneva sebagai contoh,Dr. Said Ramadhan iaitu menantu HB telah menyebarkan fikrah ikhwan terutama kepada gologan pelajar.Suasana di Eropah pada dekad 70-an dan 80-an agak selesa kepada perkembangan pengaruh IM terutama di United Kingdom dan Jerman,ramai pelarian politik IM berjaya menjadi tokoh intelektual yang akhirnya agak rapat dengan golongan pelajar dari negara-negara Dunia Ketiga,disinilah berlakunya pemindahan fikrah kepada kader-kader baru IM yang akhirnya mencetuskan generasi haraki atau peserta kebangkitan Islam di mana generasi terpelajar ini telah menyebarkan pengaruh IM di negara masing-masing.Malahan pengaruh IM juga tersebar melalui buku-buku dakwah dan fikrah yang ditulis oleh tokoh-tokoh mereka yang dicetak dalam pelbagai bahasa dunia dan menjadi bahan rujukan penting dalam program pentarbiahan dan pembinaan kader-kader dakwah.

Zaman millennium

Kini gerakan IM memasuki tahap baru dalam perjuangannya di Mesir apabila projek demokrasi Barat untuk membuka ruang demokrasi menjerat konco-koncon merekawalhal Mesir selama ini terkenal kerana reputasinya yang memanipulasi undian mempunyai udara demokrasi yang tercemar.Barat kononnya menyokong projek demokrasi di Timur Tengah
untuk mengekang pengaruh Islam ‘radikal dan militan’ dan Mesir adalah antara juruterbang projek mereka.Mesir yang mengadakan pilihanraya pada 8 Disember 2005 telah menyaksikan kemaraan dan kebangkitan IM setelah Berjaya memenangi 88 kerusi Parlimen dan seterusnya menjadi suara yang dihormati di Negara Mesir.Kemenangan calon IM telah dianggap tsunami kecil di rantau Timur Tengah.

Bertanding dalam pilihanraya yang tercemar proses demokrasi adalah ujian hebat kepada IM,apatah lagi dengan latar sosio ekonomi Mesir yang agak terperusuk,rakyat bertakhtah kejahilan,kemiskinan dan kemabukan pesta yang dianjurkan sang pemerintah.
Walalupun gerakan ini diharamkan daripada bergerak bebas termasuk tidak dibenarkan menggunakan lambangnya.Calon-calon mereka ditaja sebagai calon-calon bebas dengan menggunakan slogan ‘Islam adalah penyelesaian’.Sememangnya jaringan pelbagai NGO-NGO Islam di Mesir sebahagian besarnya digerakkan pendokong IM terutama yang bergerak di bidang kebajikan dan kemasyarakatan.

Jaringan ‘civil society’ ini mendekatkan Im dengan suara kejeriha rakyat.Hal ini menyebabkan IM begitu dekat dengan hati rakyat terutamanya rakyat miskin dan terpinggir di bawah pemerintahan korupso Hosni Mubarak dan partinya.Rakyat Mesir selama ini dikongkong pemikiran dengan dasar sosialisme Arab yang tidak mampu meletakkan Mesir dengan negara Islam yang lain.Penyakit kolar putih atau rasuah telah begitu membarah di Negara Arab ini,ditambah lagi jurang perbezaan kemiskinan dan kaya sangat besar.

Pelbagai tekanan dikenakan kepada pendokong-pendokong IM untuk memastikan mereka tidak terlibat dengan pilihanraya ini.IM mengambil pendekatan strategik iaitu menetapkan calon-calon di kawasan mereka yang mempunyai kebarangkalian yang besar untuk menang.Gerakan inihanya meletakkan 150 orang sahaja calon dan memenangi 19% daripada jumlah keseluruhan kerusi Parlimen.Pihak parti kerajaan langsung tidak menunjukkan toleransi kepada proses pendemokrasian,program-program penerangan IM telah diganggu,calon-calon diugut bahkan pilihanraya berlangsung dalam keadaan tegang dan bersimbah darah.

Rejim Mesir tidak pernah memberikan belas kasihan kepada IM malah beras cukup tergugat dengan penyertaan calon-calon IM yang lebih berkredibeliti,akhirnya pilihanraya tercemar dengan pembantaian apabila lapan orang yang telah terbunuh pada 7 Disember serta berpuluh-puluh yang lain cedera ditembak oleh polis dan tentera.Penyokong-
Penyokong IM dihalang daripada mengundi bahkan ditembak dengan peluru getah serta pancutan air kimia.Samseng-samseng politik dari parti pemerintah bertindak sesuka hati tanpa sekatan daripada pihak keselamatan ,alah kadang kala melindungi penjenayah siasah ini.

Kezaliman rejim Mesir tanpa noktah penghujung malah lebis sadis dan bersifat jangka panjang,lebih 1000 orang pendokong-pendokong IM telah dihumban ke penjara selepas pilihanraya umum tersebut dan ini mengesahkan tuduhan bahawa demokrasi sengaja diberi sedikit ruang untuk pemerintah mengenali siapakah mereka penyokong-
penyokong utama IM terutama daripada kalangan golongan kelas pertengahan dan golongan elit Mesir.Tempoh berkempen adalah tempoh pengecaman jaringan IM mula dikenalpasti dan akan diintas keupayaannya.

Namuh yang membanggakan rakyat tetap berani menyuarakan kebenaran apabila 150 orang hakim telah mengemukakan bantahan terhadap suruhanjaya pilihanraya Mesir.
Dalam pilihanraya ini juga,samseng-samseng bersama-sama berganding bahu dengan
pihak polis untuk menyekat proses pilihanraya yang bersih,bukan sahaja peluru getah digunakan tetapi peluru hidup yang tidak bermata telah dilepaskan membabi buta membunuh rakyat yang cinta kepada keadilan.Polis yang berpakaian preman bertukar menjadi anjing yang ganas menerkam ke arah pemuda-pemuda Islam.Mereka tidak ubah seperti anjing liar kelaparan yang rakus membaham bangkai.

Janji Allah yang Maha Benar,telah menyaksikan sokongan rakyat kepada gerakan IM yang memperjuangkan syariat Islam bukan sahaja di bumi Mesir bahkan di seluruh pojok dunia.Amerika tersentak dengan berita kemenangan IM,projek demokrasi mereka telahmencakar tengkuk mereka sendiri.Kini,laungan kalimah mulia Allahuakbar semakin bergema di bumi Mesir,di kampus-kampus pula gerakan pelajarnya dikuasai oleh anak-anak tarbiyah IM dan mereka akan keluar daripada universiti menyertai pentadbiran awam,pos-pos strategik Negara,kelas niaga,penjawat-penjawat awam yang seterusnya akan membentuk pandangan awam supaya Islam kembali menyinar memerintah dan berdaulat di sluruh Mesir.

Fenomena sokongan kepada Im telah memeningkan rejim Hosni Mubarak,sebagaicontoh dalam isu penghinaan terhadap Rasulullah s.a.w.Gerakan IM telah mengurus dan menjuarai isu ini.Puluhan ribu rakyat telah bangkit menyatakan bantahan dengan dipimpin oleh Jemaah IKhwanul Muslimin.Bahkan yang paling menarik dalam satu senario ketika perlawanan akhir Piala Afrika yang menyaksikan pertembungan pasukan bola sepak kebangsaan Mesir dan Ivory Cost,kesebelasan utama pemain Mesir telah memakai jersi bercogan kata ‘Kamilah Pembelamu wahai Rasulullah’ malahan penonton-penonton yang dating ke stadium juga telah mempamerkan kain-kain pemidang yang bertemakan kecintaan kepada kekasih allah Nabi Muhammad s.a.w. dan penentangan kepada karikatur yang menghina baginda Rasulullah s.a.w.

Takbir!!takbir!!takbir!!....Allahuakbar!!!!!!

Maraji :
http://alfikrie.multiply.com/journal

Kesaksian Ulama Dunia Kepada Hasan al Banna & Sayyid Qutb

Mereka sering mengatakan 'Para ulama telah memperingatkan manusia agar hati-hati atas kesesatan tokoh tokoh Ikhwan.' Pertanyaannya, ulama mana yang dimaksud? Kita dapatkan justru Syaikh bin Bazz (mantan Mufti Kerajaan Saudi Arabia dan ketua Hai'ah Kibaril Ulama), Syaikh al Albany, Syaikh Abdullah bin al Jibrin, Syaikh Shalih al Luhaidan, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Asy Syaikh (saat ini menjadi ketua Hai'ah Kibaril Ulama menggantikan Syaikh bin Bazz), Syaikh Abdullah bin Hasan al Qu'ud, mereka memberikan kesaksian positif terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, sebagaimana yang akan kami beberkan. Mereka -kecuali Syaikh al Albany- adalah Para ulama besar yang berada dalam jajaran Hai'ah Kibaril Ulama (Organisasi Ulama Besar) Kerajaan Saudi Arabia, yang telah menjadi rujukan mapan kaum salafiyyin.

Biasanya jika di luar kelompok mereka (salafy) mengutip pendapat ulama- ulama salafy masa kini, mereka akan mengatakan, "Ahli bid'ah biasanya mengutip perkataan ulama Ahlus Sunnah yang cocok dengan hawa nafsunya saja." Ini adalah ucapan sinis dan fanatis buta. Siapakah yang melarang-larang manusia mengutip perkataan ulama yang objektif dan jujur? Sayangnya mereka juga melakukan hal yang sama; yakni hanya mengambil ucapan ulama yang sejalan dengan pemikiran mereka saja. Jangan harap anda menemukan mereka mengutip ucapan ulama lain, seperti Al Maududi, Al Banna, Al Qaradhawy, keluarga Quthb, Salman al Audah, Aidh al Qarny, kecuali untuk dicari dan dikoleksi kesalahannya. Allahul musta'an!

Perlu ditegaskan, kata 'mereka' yang kami maksud bukanlah para ulama salafy rabbany yang amat kita cintai dan muliakan, 'mereka' di sini adalah orang yang mengklaim dirinya paling Ahli Sunnah, paling salaf, paling benar, paling cerdas dalam istid/al (pengambilan dalil), dan paling .. paling .... Menurut pengakuannya, mereka adalah penuntut ilmu, bukan ulama. Mereka' pun tidak mewakili semua, sebab masih banyak di antara mereka yang moderat, rendah hati, dan mau berdialog. Seharusnya penuntut ilmu harus menjadi Thalibul Ilmi al Mu'addib (penuntut ilmu yang beradab).

Kembali kepada permaslahan, siapakah ulama yang mereka maksud?

Apakah mereka para mufti ternama yang diakui dunia? Apakah Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhaly hafizhahullah yang dimaksud? Darinya telah banyak karya untuk meyerang Ikhwan, khususnya Sayyid Quthb. Tentang Syaikh ini, berkatalah Syaikh Abu Bashir at Thurthusy, "Adapun Rabi' bin Nadi al Madkhaly, saya tidak melihatnya dalam barisan para ulama dikarenakan lisannya yang sering kasar terhadap saudaranya ..." ( Abduh Zulfidar Akaha, Siapa Teoris? Siapa Khawarij? , hal. 323. Catatan kaki no. 625, bantahan terhadap buku Mereka Adalah Teroris! ) Syaikh al Qaradhawy sendiri menyebut Syaikh Rabi' sebagai Salafy Jamiyun (beringas)..

Ataukah Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairi, yang dalam bukunya Madarikun Nazhar banyak menyerang Ikhwan, FIS, Muhammad Quthb, Salman al Audah, Safar al Hawaly, Aidh al Qrny, Abdurrahman Abdul Khaliq, dan lain-lain? Syaikh Abu Bashir at Thurthusy dalam salah satu fatwanya menyebutkan bahwa Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairy adalah orang yang tidak pernah terdengar namanya dalam jajaran ulama. (Ibid. hal. 62. catatan kaki. no. 99)

Komentar para ulama yang sezaman dengan tokoh-tokoh Ikhwan tersebut tentu lebih layak diikuti dan dipercaya, dibanding komentar orang yang datang setelah zamannya dan tidak pernah berinteraksi dengan mereka. Komentar penulis buku Mereka Adalah Teroris! Yaitu Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah tentang sesatnya tokoh-tokoh Ikhwan dengan menyebut mereka takfiri, khawarij, teroris, anjing¬anjing neraka, ruwaibidhah (orang-orang dungu), mu'tazilah, bocah-bocah ingusan, pemikir linglung, dan lain-lain, adalah tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Ciri khas buku tersebut adalah mencaci maki dahulu membahas kemudian. Buku tersebut disusun untuk membantah buku Imam Samudera, Aku Melawan Teroris. Namun sayangnya, Imam Samudera hanyalah batu loncatan, sebagian besar muatan buku tersebut berisi serangan terhadap semua gerakan Islam yang tidak sejalan dengan Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh dan kelompoknya, lebih khusus serangan untuk Ikhwan dan tokoh-tokohnya. Padahal mereka amat moderat, dan jelas-jelas tidak sejalan dengan Imam Samudera yang radikal. Ajaib memang, di satu sisi Ikhwan dituduh terlalu moderat, di sisi lain dituduh sebagai biang terorisme dunia. Apakag ada orang moderat yang radikal?

Sebenarnya tuduhan-tuduhan ini bukan barang baru, dan sudah kami bantah dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang Terzalimi edisi lengkap, (2004, Pustaka Nauka- Depok) jauh sebelum terbitnya buku Mereka Adalah Teroris! Ustadz Luqman bin Muhammab Ba'abduh adalah seorang keturunan Arab (Yaman) yang lahir di Bondowoso, Jawa Timur, pada 13 Mei 1971 M (Ibid, hal. 31) Beliau tujuh tahun lebih tua dibanding kami. Dari sini bisa diketahui, ia dilahirkan jauh setelah syahidnya Sayyid Quthb (w.1966 M), dan syahidnya Hasan al Banna (w.1949 M), dan usianya baru 18 tahun ketika syahidnya Abdullah 'Azzam (w.1989 M), dan masih 16 tahun ketika Syaikh Ahmad Yasin mendirikan HAMAS (berdiri 1987 M), baru dua tahun ketika Yusuf al Qaradhawy meraih gelar doktornya tahun 1973 M dengan disertasi Fikih Zakatnya, artinya Ustadz ini terlalu muda dan berani, bahkan sangat-sangat berani, untuk 'menghabisi' para tokoh-tokoh tersebut. Memang, hanya orang besar yang bisa menghormati orang besar. Adapun orang berlagak besar, biasanya melihat orang lain dengan kerendahan.

Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam besabda:

"Bukan dari umatku orang yang tidak menghormati orang besar kami dan tidak menyayangi orang kecil kami dan tidak mengetahui (hak) orang alim kami." (HR. Ahmad dengan sanad hasan, Thabarani dan Hakim, tatapi dalam riwayatnya tertulis: "bukan dari kami". Syaikh al Albany menshahihkannya dalam Shahih Targhib wa Tarhib, 1/116)

Ada sebuah syair: Wahai orang yang ingin menanduk gunung tinggi untuk menundukannya Sayangilah kepala(mu), dan bukan gunung itu

Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata: Ingin terbang, tidak memiliki bulu burung, Ingin memanduk kambing hutan, tidak memiliki tanduk.

Kali ini, kami akan paparkan kesaksian para ulama sunnah masa kini tentang tokoh-tokoh Ikhwan tertuduh tersebut. Anda akan menemukan perbedaan mencolok ulama sunnah tersebut dengan kalangan yang justru mengaku mengikuti mereka. Kesaksian ini kami ambil dari buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah yang Terzalimi edisi lengkap dan juga buku yang sangat bagus, karya Al Ustadz Abduh Zulfidar Akaha, Lc -hafizhahullah- yang berjudul Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Penerbit Pustaka Al Kautsar, cetakan pertama, Juni 2006. Sebuah buku yang berhasil membuka banyak sekali kesalahan, kedustaan terhadap ulama, dan penyimpangan pemikiran (yang justru mudah mengkafirkan orang lain), dari Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh -hafizhahullah- yang tertera dalam buku Mereka Adalah Teroris! Maaf, istilah `kedustaan' bukanlah dari kami tetapi dari Ustadz Abduh Zulfidar sendiri terhadap Ustadz Luqman, sebagaimana tertera dalam Catatan Ketujuh (hal. 137 - 159). Kami sangat menganjurkan (tanpa berniat promosi) bagi pembaca setia Tatsqif untuk segera membaca dan menelaah baik buku tersebut. Selain dari dua buku tersebut kami juga memaparkannya dari sumber¬sumber lain.

Kesaksian Ulama Terhadap Imam Hasan al Banna -rahimahullah

1.Syaikh al Fadhil al 'Allamah Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -hafizhahullah

Ia adalah anggota Hai'ah Kibaril Ulama Arab Saudi yang tak diragukan kesalafiannya. Ada orang yang bertanya kepada Syaikh, "Saya memohon kepada Anda, wahai Syaikh, maaf, sesungguhnya ada sebagian pemuda yang membid'a bid'ahkan Sayyid Quthb dan mereka melarang membaca buku-buku karya beliau. Dan, mereka juga mengatakan hal yg sama tentang Hasan al Banna. Mereka pun mengatakan sebagian ulama sebagai khawarij. Hujjah mereka adalah penjelas kesalahan-kesalahan ulama tersebut kepada manusia. Padahal mereka sekarang masih menuntut ilmu. Saya memohon jawab dari Anda demi menghilangkan keraguan ini pada kami, sehingga hal ini tidak menimpa banyak orang." Syaikh berkata -setelah menyebut beberapa dalil-, "Saya kataka sesungguhnya Sayyid Quthb dan Hasar Banna adalah termasuk ulama kaum muslimin dan tokoh da'wah Islam. Melalui da'wah mereka berdua, Allah telah memberi hidayah dan manfaat kepada ribuan manusia. Partisipasi da'wah mereka berdua tidak mungkin diingkari. Itu sebabnya Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengajukan permohonan dengan nada lemah lembut kepada Presiden Mesir saat itu, Jamal Abdul Naser -semoga Allah membalas kejahatannya dengan balasan yang setimpal- agar menarik keputusan hukun gantung bagi Sayyid Quthb meski akhirnya permohonan itu ditolak.

Setelah mereka berdua (Hasar Banna dan Sayyid Quthb) dibunuh keduanya selalu disandangkan dengan gelar Asy Syahid karena mereka dibunuh dalam keadaan terzalimi dan terania. Penyandangan gelar tersebut diakui seluruh lapisan masyarakat dan tersebar luas lewat media massa dan buku-buku tanpa protes dan penolakan. Buku mereka berdua diterima para ulama dan Allah Subhana. wa Ta'ala memberikan manfaat melalui da'wah mereka kepada hamba-hambaNya serta tidak ada seorang pun yang melemparkan tuduhan kepada mereka berdua selama lebih dari 20 tahun. Jika mereka berdua melakukan kesalahan, Imam Nawawi, Imam Suyuthi, Imam Ibnul Jauzy, Imam Ibnu 'Athiyah, Imam al Khathaby, Imam al Qasthalany, dan Imam lainnya pernah melakukan kesalahan." Sampai di sini dari Syaikh bin al Jibrin. (Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang Terzalimi, hal. 218-219, edisi lengkap. Lihat pula, Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Hal. 317- 319)

2. Kesaksian Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah (w. 1999 M/ 1420H).

Ulama terkenal, pakar Tafsir dan Hadits. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh dan dosen paska sarjana di Universitas Muhammad bin Su'ud, Saudi Arabia. Ia berkata, "Gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Asy Syahid Hasan al Banna dipandang sebagai gerakan keislaman terbesar masa kini tanpa diragukan. Tidak seorang pun dari lawan- lawannya dapat mengingkari jasa gerakan ini dalam membangkitkan kesadaran di seluruh dunia Islam. Maka dengan gerakan ini ditumpahkan segala potensi pemuda Islam untuk berkhidmat kepada Islam, menjunjung syariatnya, meninggikan kalimahnya, membangun kejayaannya, dan mengembalikan kekuasaannya. Apa pun yang dikatakan mengenai peristiwa¬peristiwa yang terjadi atas jamaah ini namun pengaruh intelektualitasnya tidak dapat diingkari oleh siapa pun juga." (Istilah Asy Syahid asli dari Syaikh Manna' sendiri. Lihat Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506. Litera AntarNusa. Lihat juga Siapa Teroris? Siapa Khwarij?, hal. 316-317)

3. Kesaksian Mufti Besar Palestina Syaikh Hajj Muhammad Amin al Husaini -rahimahullah.

Ia berkata, "Sesungguhnya, sifat yang sangat menonjol pada diri AI Banna adalah Ikhlas yang mendalam, otak yang cemerlang, dan kemauan yang keras. Semua itu diperindah dengan kemauan yang kuat." (Badr Abdurrazzaq al Mash, Manhaj Da'wah Hasan al Banna, hal. 89). Ia juga berkata, "Asy Syahid Hasan al Banna dan para pengikutnya telah memberi sumbangan besar bagi Palestina. Mereka mempertahankannya dengan berjuang keras dan cita-cita mulia. Semuanya merupakan karya nyata dan kebanggaan yang ditulis dalam sejarah jihad dengan huruf yang terbuat dari cahaya." (Istilah Asy Syahid adalah asli dari Syaikh Amin al Husaini. Ibid, hal. 141-142)

4. Kesaksian mantan Mufti Mesir, Syaikh Hasanain Makhluf rahimahullah.

Ia berkata, "Syaikh Hasan al Banna semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menempatkannya bersama para shalihin- adalah salah seorang tokoh Islam abad ini. Bahkan ia merupakan pelopor jihad di jalan Allah dengan jihad yang sesungguhnya. Beliau berdakwah dengan menempuh manhaj yang benar, meniti jalan yang terang yang diterjemahkannya dari Al Qur'an, Sunnah Nabi, dan ruh tasyri' Islam. Beliau melaksanakan semua itu dengan penuh hikmah, hati-hati, dan sabar, dan 'azzam yang kuat sehingga da'wah islam menyebar ke seluruh penjuru Mesir dan negeri-negeri Islam serta banyak orang bergabung di bawah bendera da'wahnya." (Ibid, hal. 91)

5. Kesaksian Da'i terkenal, alim rabbani, al 'Allamah Abul Hasan Ali al Hasani an Nadwi -rahimahullah.

Ia berkata dalam pengantar buku Mudzakkirat Da'wah wa Da'iyah-nya Hasan al Banna , "Pengarang buku ini termasuk di antara pribadi-pribadi yang kami katakan memang sengaja dipersiapkan qudrah ilahiyah (kekuasaan Allah), dibentuk tarbiyah rabbaniyah, kemudian dimunculkan pada waktu dan tempat yang ditentukan.

Setiap orang yang membaca buku ini dengan dada bersih, sikap obyektif, jauh dari sikap fanatik, dan keras kepala pasti yakin bahwa pengarangnya adalah seorang yang memang dipersiapkan untuk dihibahkan (bagi umat manusia) yang bukan hanya tiba dan muncul begitu saja. Ia bukan sekadar produk sebuah lingkungan atau sekolah; bukan sekadar produk sebuah upaya keras, dan bukan produk dari sebuah percobaan. Ia merupakan salah satu produk dari taufik dan hikmah ilahiyah yang menaruh perhatian besar terhadap agama dan umat ini." (Hasan al Banna, Memoar Hasan al Banna untuk Da'wah dan Para Da'inya, kata pengantar)

Sebenarnya masih banyak pujian ulama dunia untuknya. Hal itu, merupakan kebiasaan para ulama sejak dahulu; seorang ulama memberikan pujian (sekaligus kritik) terhadap ulama lainnya. Selain nama-nama di atas masih banyak tokoh yang memberikan kesaksian positif seperti Sayyid Quthb, Muhammad al Ghazaly, Muhammad al Hamid, Abu Zahrah, Musthafa al Maraghi. Mahmud Syaltut, Muhibuddin al Khathib, Yusuf al Qaradhawy, Said Ramadhan al Buthy, Said Hawwa, Abdus Salam Yasin, Bahi al Khuli, KH. Agus Salim, Muhammad Natsir, dan lain-lain. Hanya satu yang kami minta dari Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah; tolong sodorkan satu nama saja dari jajaran ulama yang diakui dunia-(ingat! bukan diakui oleh kelompoknya saja)- pada masa Hasan al Banna masih hidup, baik yang berinteraksi dengannya atau tidak, yang memberikan tuduhan dan caracter asasination (pembunuhan karakter) terhadap dirinya; dengan menyebutnya sesat, khawarij, dan sejumlah istilah mengerikan yang biasa Anda gunakan itu. "Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: 'Tunjukanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar." (QS. Al Baqarah: 111)

Sayyid Quthb

Sayyid Quthb -rahimahullah- dianggap tokoh kedua Ikhwan ' setelah Imam Al Banna, bahkan disebut sebagai ideolognya. Padahal beliau tidak pernah bertemu dengan Imam Al Banna secara langsung, hanya berinteraksi melalui risalah- risalahnya. Bahkan ia bergabung dengan Ikhwan termasuk 'belakangan' yaitu tahun 50-an, berarti beberapa tahun setelah wafatnya Imam Al Banna. Namun demikian, pengaruhnya begitu besar bagi Ikhwan, bahkan bagi kebanyakan aktivis pergerakan Islam dunia.

Di sini akan dipaparkan kesaksian positif para ulama dunia kepadanya, di tengah fitnah terorisme yang diarahkan ke Islam oleh barat, namun justru diaminkan oleh segelintir da'i Islam yang juga ikut menuduh aktifis Islam dan ulamanya ,sebagai teroris, termasuk Sayyid Quthb -rahmatullah 'alaih. Bahkan begitu tega mereka katakan bahwa Sayyid Quthb merupakan investor dan kontributor terbesar secara fikrah, atas berbagai aksi kekerasan atas nama Islam pada hari ini.

Berikut ini paparan para Ulama yang memberikan kesaksian positif tersebut, dan pembaca akan dapatkan betapa jauh berbeda antara para ulama ini dengan pandangan sinis dan skeptis dari kalangan bukan ulama. Sehingga layak kita bertanya, ulama mana yang diikutinya?

1.Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -rahimahullah.

Anggota Hai'ah Kibar al Ulama di Saudi Arabia. Silahkan lihat kesaksian dan pembelaan beliau terhadap Sayyid Quthb dan Hasan al Banna dalam rubrik Tsaqafah edisi 17, atau lihat kitab Al Ikhwan Al Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubhat wa,Rudud karya Al Ustadz Dr. Taufiq al Wa'iy,hal. 515-516. Cet.1, 2001M/1421H. Maktabah Al Manar Al Islamiyah, Kuwait.

2.Syaikh Bakr Abu Zaid -hafizhahullah.

Juga anggota Hai'ah Kibar al Ulama. Ia telah membela Sayyid Quthb -rahimahullah- dari serangan Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhaly. Ia mengirim surat kepada Syaikh Rabi' sebagai nasehat untuknya. Silakan lihat surat tersebut - sangat panjang- yang sebagiannya telah kami terjemahkan dari kitab berjudul Sayyid Quthb karya Shalah Abdul Fattah al Khalidi, hal. 593-600, penerbit Darul Qalam, Damaskus, yang kami lampirkan dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah yang Terzalimi, hal. 411-418 (edisi lengkap). Lihat juga Al Ikhwan Al Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubaht wa Rudud, hal. 508- 514.

3.Syaikh Abdullah bin Al Hasan al Qu'ud -rahimahullah.

Seorang ulama Saudi Arabia yang juga menjadi rujukan kaum Salafiyyin. Syaikh Ibnu Qu'ud telah menasehati Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhali.

Ia berkata, "Telah membawa berita kepadaku lebih dari seorang, tentang perkataanmu di suatu pertemuan baik-baik -semoga demikian adanya- bahwa engkau mengatakan buku Ma'alim fi Ath Thariq adalah buku terlaknat. Subhanallah!! Sebuah buku yang dibayar mahal oleh penulisnya (yakni Sayyiq Quthb) dengan mati di jalan Allah karena menentang penguasa komunis Jamal Abdul Nashir, sebagaimana diketahui oleh orang-orang pada masa itu. Padahal buku tersebut telah diedarkan oleh banyak pihak di Kerajaan Saudi ini selama bertahun¬tahun, di mana mereka adalah orang-orang berilmu dan berdakwah kepada Allah. Bahkan, banyak di antara mereka adalah para syaikh dari syaikh-syaikhmu. Dan, tidak ada seorang pun di antara mereka mengatakan seperti yang engkau katakan.

Akan tetapi, engkau ini -wallahu a'lam- tidak mau memahami lebih mendalam apa yang engkau bicarakan sebelum marah, terutama untuk tema-tema semacam: Jail Qur'ani Farid (Satu-satunya Generasi Da'wah), Jihad, Laa Ilaaha Illallah manhaj kehidupan, Jinsiyyatu Al Muslim Aqidatuhu (Warga negara/Identitas seorang Muslim adalah Aqidahnya), Isti'la Al Iman (Kesombongan/ Ketinggian Iman), Hadza Huwa Ath Tharid (Inilah Dia Jalan -yang benar), .... Dan lain-lain dimana maknanya secara keseluruhan adalah keberagamaanmu kepada Allah? Bagaimana engkau nanti jika berdiri di hadapan Allah ketika orang ini (Sayyid Quthb) mendebatmu? Padahal, orang ini telah bertahun-tahun lamanya secara berturut¬turut disifati oleh media massa Saudi sebagai syahidul Islam?" (Abduh Zlfidar Akaha, Siapa Teroris? Siapa Khawarij?, hal. 325-326)

4.Syaikh al 'Allamah Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh -hafizhahullah.

Mufti Kerajaan Saudi Arabia saat ini, pemgganti Syaikh bin Baz. Syaikh ini mengkritik balik orang-orang yang mengkritik Sayyid Quthb.

Beliau berkata, "Kitab tafsir Fi Zhilalil Qur'an adalah kitab yang bermanfaat. Penulisnya menuliskannya agar Al Qur'an ini dijadikan sebagai undang-undang kehidupan. Kitab ini bukanlah tafsir dalam arti kata harfiyah, tetapi penulisnya banyak menampilkan ayat-ayat Al Qur'an yang dibutuhkan oleh seorang muslim dalam hidupnya ... Di sana ada orang yang mengkritik sebagian istikah yang terdapat dalam kitab ini. Namun, sesungguhnya hal-hal yang dianggap kesalahan ini adalah dikarenakan indahnya perkataan Sayyid Quthb dan tingginya gaya bahasa yang beliau pergunakan di atas gaya bahasa pembaca. Inilah sebetulnya yang tidak dipahami oleh sebagian orang yang mengkritiknya. Kalau saja mereka mau menyelaminya lebih dalam dan mengulangi bacaannya, sungguh akan jelas bagi mereka kesalahan mereka, dan kebenaran Sayyid Quthb." (Ibid, hal. 326)

Ucapan Syaikh ini mengingatkan kami kepada Andi Abu Thalib al Atsary (nama aslinya Andi Bangkit), penulis Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwahul Muslimin, Penerbit Darul Qalam, pada hal. 73 catatan kaki no. 56 yang begitu tega menyebut Sayyid Quthb tidak mengetahui seluk beluk bahasa Arab.

Kami tidak tahu, kira-kira apa yang akan dikatakan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh kepada Andi Abu Thalib, kalau dia tahu ada omongan pemuda Indonesia -tentu tidak menjadikan bahasa Arab sebagai pengantar komunikasinya- yang tega menyebut Sayyid Quthb tidak mengerti bahasa Arab. Padahal kritikan Syaikh di atas diarahkan untuk para pengkritik Sayyid Quthb dari kalangan orang Arab (tentu berbahasa Arab) bahkan syaikh-syaikhnya. Sungguh, amat berbeda antara ucapan orang berilmu seperti syaikh yang mulia ini, dibanding ucapan penuntut ilmu itu. Bahkan Syaikh Bakr Abu Zaid ketika membela Sayyid Quthb dari celaan. Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan bahwa perbedaan bahasa yang digunakan Sayyid Quthb dan Syaikh Rabi' seperti perbedaan bahasa antara mahasiswa dan anak I'dadi (persiapan bahasa), sehingga si anak I'dadi tidak begitu paham dengan bahasa si mahasiswa.(Ibid, hal. 322)

Itu perbandingan dari Syaikh Bakr Abu Zaid tentang kemampuan berbahasa Arab antara Sayyid Quthb dan Syaikh Rabi' (yang seorang guru besar, Profesor di Universitas Islam Madinah), lalu bagaimana perbandingan antara Sayyid Quthb dengan Andi Abu Thalib yang orang Indonesia, mantan santri di pesantren Jawa Timur dan kuliah di Sastra Jepang UI angkatan 1999M. Jangan sampai pembaca Tatsqif mengumpamakannya seperti perbedaan Mahasiswa dengan balita!

Maka, wahai pembaca, bukankah selayaknya ini disebut kesombongan penulis Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwanul Muslimin, agar ia bisa berbangga- bangga dengan ilmunya di depan ulama.

Dari Jabir radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah 'Alaihi Shalatu was Salam bersabda: "Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk membanggakannya kepada para ulama dan melecehkan orang-orang bodoh, dan janganlah kalian memilih-milih majlis dengan ilmu itu, barangsiapa melakukan hal tersebut maka api neraka, api neraka (baginya)." (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dan al Baihaqi. Semuanya dari jalur Yahya bin Ayyub al Ghafiqi dari Ibnu Juraij, dari Abuz Zubair, dari jabir. Yahya initerpercaya. Asy Syaikhan dan lainnya berhujjah dengannya, dan tidak dianggap orang yang ganjil (syadz) dalam riwayat ini. Ibnu Majah meriwayatkan pula dari Hudzaifah. Syaikh al Albany menshahihkan hadits ini dalam Shahih Targhib wa Tarhib 1/119)

5.Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah.

Pakar Tafsir dan Hadits, dosen pasca sarjana di Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Al Islamiyah, Riyadh. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh. Dia juga seorang anggota Ikhwan, seangkatan dengan Yusuf al Qaradhawy. Posisinya di Saudi yang demikian tinggi menunjukkan penerimaan ulama Saudi terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, begitu pula Yusuf al Qaradhawy pernah menjadi anggota Majelis Tinggi Universitas Islam Madinah yang direktori Syaikh bin Baz.

Kami ringkas ucapan Syaikh Manna', dia berkata, "Di antara tokoh jamaah ini yang paling menoniol adalah seorang alim yang sulit dicari bandingannya dan pemikir cemerlang, Asy Syahid Sayyid Quthb, yang telah memfilsafatkan pemikiran Islam dan menyingkapkan ajaran-ajarannya yang benar dengan jelas dan gamblang. Tokoh yang menemui Tuhannya, sebagai syahid dalam membela akidah ini telah meninggalkan warisan pemikiran sangat bermutu, terutama kitabnya dalam bidang tafsir yang diberi nama Fi Zhilalil Qur'an.

Kitab tersebut merupakan sebuah tafsir sempurna tentang kehidupan di bawah sinar Qur'an dan petunjuk Islam. Pengarangnya hidup di bawah naungan Qur'an yang bijaksana sebagaimana dapat dipahami dari penamaan kitabnya. Ia meresapi keindahan Qur'an dan mampu mengungkapkan perasaannya dengan jujur ....dst.

Kitab ini terdiri atas delapan jilid besar dan telah mengalami cetak ulang beberapa kali hanya dalam beberapa tahun saja, karena mendapat sambutan hangat dari kaum terpelajar (ilmuwan)." (Ibid, hal. 326-327. Manna Khalil al Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506-507)

6. Syaikh Umar Sulaiman al Asyqar. Seorang ulama Quwait, dosen Fakultas Syariah di Universitas Quwait

Dia berkata, "Sayyid Quthb -rahimahullah mendalami Islam secara orisinil sehingga beliau mencapai masalah secara mendasar seperti manhaj salaf, pemisahan total antara manhaj Al Qur'an dan filsafat, memurnikan sumber ajaran Islam dari lainnva. membatasi standar hukum hanya dengan Al Qur'an dan As Sunnah dan bukan pada pribadi atau tokoh tertentu. Sayyid Quthb menerapkan cara istimbath langsung dari nash seperti yang dilakukan salaf. Akan tetapi, sayangnya beliau tidak memiliki kesempatan mempelajari manhaj Islam. oleh karena itu, terkadana ada beberapa titik rancu dalam tulisannya meskipun beliau sudah berupaya mengkaji secara serius untuk berlepas dari kerancuan. Pastinya, Sayyid Quthb tidak melakukan hal tersebut karena hawa nafsunya." (Jasim al Muhalhil, Ikhwanul Muslimin, Deskripsi, Jawaban, Tuduhan, dan Harapan, hal. 124)

Siapa saja bisa berbuat salah sebab yang ma'shum hanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Namun demikian seharusnya, kita berbaik sangka terhadap kerancuan yang ada tulisan atau pemikiran ulama, siapapun dia. Kesalahan yang dilakukan oleh Hasan al Banna, Sayyid Quthb, Yusuf al Qaradhawy, Muhammad al Ghazaly, kita yakini bukanlah kesalahan yang mereka niatkan dengan sengaja bertujuan merusak agama sebagaimana yang sering dituduhkan sebagian orang kepada mereka. Mungkin kesalahan itu sekedar lupa, atau kesalahan yang masih bisa dimaafkan atau masih bisa didiskusikan. Pastinya, bukan karena kejahatan dan penistaan terhadap ajaran agama.

Sekiranya tulisan ini dibaca oleh kalangan yang hobi menyerang tokoh-tokoh Ikhwan, kami berharap semoga Allah Jalla wa 'Ala membuka hati-hati mereka untuk melihat kebenaran dan objektifitas.

(Ditulis oleh Farid Nu’man, SS. Dari majalah Tsaqif Edisi 17 dan 18 aug-sep 06)

PENASARAN DENGAN AKHLAK USTADZ WAHABI/SALAFI ?



Inilah resensi buku, yang mengurai tentang fakta dari akhlak ustadz wahabi dalam hal ini 'wahabi yamani' atau 'salafi-yamani'. Ust. Qardhawy menyebut salafi-yamani & Syaikh Rabi' dengan istilah Salafy Jamiyun (beringas).
Inilah resensinya :

Resensi pertama
dari url : http://www.kautsar.co.id/detail_belajar_dari_akhlak_ustadz_salafi.php

Belajar Dari Akhlaq Ustadz Salafi

Penulis : Abuh Zulfidar Akaha
Harga : Rp 59.000,00
Tema : Pemikiran Islam
ISBN : 978-979-592-437
Halaman : xl + 428 Halaman
Cetakan : 1
Jenis Cover : HardCover
Tahun Terbit : Februari 2008

Sinopsis :

Perdebatan tentang manhaj salaf masih terus mengemuka hingga hari ini. Sebenarnya, tak ada persoalan dengan manhaj salaf. Sebab, secara harfiah, salafi adalah mengikuti kaum salaf, yakni Rasulullah Saw dan para sahabat. Setiap Muslim yang beraqidah shahih tentu bercita-cita agar dapat meneladani qudwah kaum Muslimin hingga akhir zaman: Rasulullah Saw. Merekalah dan para pengikutnya yang disebut sebagai salaf ash-shalih, kaum shalih terdahulu.

Persoalan muncul ketika sebagian kalangan mengklaim diri sebagai salafi sejati. Yang lain pun dianggap sebagai ‘bukan salafi.’ Tak hanya itu, kalangan ini pun gampang memaki dan melecehkan para ulama Ahlus Sunnah yang tidak sama dengan kelompoknya, dengan tuduhan ahlul bid’ah , khawarij, teroris dan setumpuk tuduhan keji dan tak berdasar lainnya. Inikah yang dimaksud dengan manhaj salaf yang sebenarnya?

Tentu saja tidak. Para ulama salaf tak hanya mewariskan lautan ilmu yang hingga hari ini belum tuntas terkaji. Tapi juga kedalaman hikmah dan kesantunan etika dalam berbeda pendapat. Kemampuan mengelola perbedaan pendapat inilah yang merupakan salah satu pilar yang mengantarkan umat Islam memimpin peradaban dunia selama tujuh abad lamanya.

Buku yang ditulis oleh Ustadz Abduh Zulfidar Akaha ini merupakan bantahan terhadap buku Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij (MDMTK), karya Al Ustadz Luqman Ba’abduh. Buku ini berupaya menguraikan sekaligus meluruskan berbagai syubhat, klaim dan tuduhan yang hanya akan merusak citra manhaj salaf, oleh kalangan yang mengklaim diri sebagai salafi yang sebenarnya. Penulis berupaya secara jernih meluruskan berbagai aspek dari manhaj salaf yang termuat dalam buku MDMTK, dengan menghindari ungkapan yang memerahkan kuping ataupun membakar emosi.

Buku ini berupaya menampilkan contoh perdebatan yang sehat dengan tekad mengikuti kebenaran. Kelengkapan referensi, salah satu ciri sang penulis, tampak dalam catatan kaki yang bertebaran di sana-sini. Kejernihan dan ketelatenan adalah pesona tersendiri dari buku ini. Semoga bermanfaat.

Resensi kedua
dari url http://abduhzulfidar.multiply.com/reviews/item/8

Belajar dari Akhlaq Ustadz Salafi

Category : Books
Genre : Religion & Spirituality
Author : Abduh Zulfidar Akaha
Buku ini sangat spesifik. Mungkin tidak semua kalangan bisa menikmatinya. Apalagi jika tidak mengikuti alur cerita bantah-membantah sebelumnya. Mungkin, ini adalah buku saya yang terakhir dalam masalah persalafiyan. Hal ini tak lain karena tidak adanya itikad baik dari kelompok penyusun buku "Mereka Adalah Teroris!" dan "Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij" untuk berdialog secara langsung dan terbuka di hadapan umat Islam dari berbagai kalangan. Masih banyak urusan umat yang butuh perhatian dan masih banyak pekerjaan lain yang jauh lebih bermanfaat, daripada 'ngurusin' debat dengan kelompok yang maunya menang sendiri dan asal menuduh tanpa mau mempertanggungjawabkan berbagai tuduhannya di hadapan pihak yang didiskreditkan.





AYO BERKENALAN DENGAN MAQDIS

Apa itu Maqdis ?

Inget maqdis, inget saat kuliah di Bandung, thn 1994 dulu. Rajin ikut dauroh qur'an. Nah, maqdis ini salah satu ma'had yg dikelola langsung oleh sang pendiri. Ust. Saiful Islam Mubarok, Lc.
Skrng dah menikmati tinggal & kerja di Depok. Di Nurul Fikri komputer, jadi rindu neeh dengan Bandung termasuk dengan Maqdis. Para pematerinya diantaranya : ust. Nashir Harits, ust Hilman Rosyad, ust, Saiful Islam, ust Abu Robbani (khusus Tahsin), dll.

Detil Maqdis

Nama Lembaga : MA’HAD AL QUR’AN DAN DIROSAT ISLAMIYAH (MAQDIS)
Pendiri Lembaga : Ustadz Saiful Islam Mubarak, Lc. M.Ag
Tahun Berdiri : 2001 M
Visi : Menjadi lembaga Qur’ani yang mampu menjadi pelayan bagi masyarkat dalam hal pembelajaran Al Qur’an

Alamat Lembaga
Jalan Pahlawan No.64
Kota/Kabupaten : Bandung
Provinsi : Jawa Barat
No. Telp/fax : 022-70627347
Jenjang Pendidikan : Tahsin, Tahfizh
Website :www.maqdis.org/maqdis/learning-center/
E-Mail : info@maqdis.org


Kurikulum
Metode untuk BBQ : Ihsan
Panduan Tahsin : Dauroh Al-Qur’an Ust. Abd. Aziz Abd. Rauf
Materi Praktis : Tahsin Tilawah
Panduan Menjadi Hafizh Qur’an Daiyah
Panduan Mushaf : Mushaf Ustmani dan Mushaf DEPAG
Peserta Didik, Guru dan Instruktur
Jumlah Peserta didik
: 680 Orang

Asal Peserta didik

Daerah : Jawa Barat 80%, Luar Jawa 20%
Peserta yang hafal Al Qur’an : 1 Orang Putra
Asal Guru : MAQDIS 20 Orang
Guru yang hafal Al Qur’an :
Putra: 4
Putri: 2
Guru yang mendapat sanad
: -
Latar belakang pendidikan guru
a. PTN 4 orang
b. PTS 2 orang
c. SMU 16 Orang

Keuangan dan Sarana
Biaya Pendaftaran : Rp. 10.000,-
Pembiayaan belajar : Per paket
Biaya belajar Per paket : Rp. 50.000,-
Intensif guru tiap bulan : diatas Rp. 500.000,-
Pembiayaan diperoleh dari : Peserta

Sarana
Fasilitas pengajaran : Menumpang
Fasilitas Asrama : Tidak ada


di kutip dari sumber : http://www.ltqdewandakwah.co.cc/2009/04/19.html



Sunday 4 October 2009

Perbandingan Harga Modem GSM AT&T + Perdana IM2

Anda bisa bandingkan dengan paket modem + IM2 lainnya, seperti gambar di bawah ini. Klik kiri sekali di gambar ini (untuk memperbesar).





























Berminat
Modem GSM AT&T ! + Perdana Broom XTRA!
Cuma tersedia 1 modem & 1 perdana. Dan kudu beli 1 set (modem-gsm AT&T Sierra 885 Compass + kartu perdana IM2 Broom XTRA). Di lepas dgn harga 730 ribu. Lihat di http://proaksi.blogspot.com/2009/10/jual-santai-modem-im2-cuma-730-ribu.html.
Bila berminat
. Silahkan, hubungi sekarang (Penawaran berlaku s/d Rabu, 7 Oktober 2009) ke :

Reiza Syailendra

SMS : 96580156 (Esia)
YM : linuxre124

Perdana IM2 Prabayar Unlimited Broom XTRA!











Cuma Rp 280,000 !

(Penawaran ini berlaku hingga Rabu, 7 Oktober 2009)

Kondisi barang second 99 %. Per 4 Oktober 2009 harga baru di pasaran masih berkisar :
- Rp 500,000 cek di http://www.tokomodem.com/product/0/77/jual_perdana_im2_broom
- Rp 560,000 cek di http://www.jakartanotebook.com/detail_54_32

Deskripsi Broom XTRA!
Internet Unlimited Prabayar dari Indosat M2. Speed 256 Kbps, Quota speed 2,5Gb, setelah 2,5Gb speed jadi 64kbps.

Rincian Broom XTRA!
=======Item==========Harga====Masa Aktif==Masa Tenggang
Starter Pack (Perdana)==Rp 200.000==1 Month=====90 Days====
Top Up (Pulsa perbln)===Rp 125.000==1 Month=====90 Days====

Kelebihan Broom XTRA!
IM2 mengeluarkan 3 paket Broom : Broom, Broom XTRA! & BroomBastis. Yang ini adalah paket Broom XTRA Unlimited! Extra kuota ... Ekstra puasnya. Selain dapat menikmati pilihan Broom Xtra Classic, nikmati pula kepuasan khusus kuota 2.5GB untuk pemilihan Xtra Unlimited. Lebih menyenangkan mengakses internet prabayar tanpa batas, di mana saja dan kapan saja.

Isi Ulang Broom XTRA!
Isi ulang BROOM pun semakin mudah. Ada banyak cara untuk isi ulang, bisa melalui :
· Voucher IM2
· Voucher Indosat/Mentari/IM3/Starone
· SMS dari nomor Indosat
· ATM (Automatic Teller Machine)
· SMS Banking Mandiri
· Internet Banking PermataNet

Attention Broom XTRA!
· Klik disini untuk info Syarat & Ketentuan Paket Unlimited

Situs resmi Broom XTRA!
Cek di http://www.indosatm2.com/index.php/consumer-solution/internet-services/prepaid/broom

Pengguna im2 sekarang sudah jarang, stok perdana terbatas.. ayo buruan dapatkan perdana im2

Berminat Broom XTRA!
Pembelian kudu 1 paket (modem-gsm AT&T Sierra 885 Compass + kartu perdana IM2 Broom Extra). Di lepas dgn harga 730 ribu. Lihat di http://proaksi.blogspot.com/2009/10/jual-santai-modem-im2-cuma-730-ribu.html

Hub. :
Reiza Syailendra
SMS : 96580156 (Esia)
YM : linuxre124